Jumat, 17 Juli 2009

Be A Good Team Player

LIBATKAN DIRI ANDA, BERADAPTASILAH.
Bersikap proaktif dengan berpartisipasi dalam setiap aktifitas tim, Tidak perlu menunggu diajak, be a volunter. Jika anda tidak terbiasa bekerja dalam tim, beradaptasilah ketahuai apa saja tugas dan peran anda juga rekan-rekan setim, spy anda tahu where you might fit in.

DENGAR DAN AMATI DENGAN BAIK
Teamworking bergerak dinamis karena banyak orang didalamnya.Anda harus selalu waspada dan jangan sampai ketinggalan informasi atas apa yang terjadi dalam tim anda.Buka telinga lebar-lebar dan perhatikan anggota tim anda yang lain supaya anda tahu apa yang harus dilakukan pada situasi tertentu.

BERTANGGUNG JAWAB
Untuk mendapatkan kepercayaan dari rekan-rekan dan dianggap professional dan reliable, lakukan semua yang menjadi tugas anda dengan sebaik-baiknya. Tunjukkan bahwa anda memberikan kontribusi nyata pada ti. Jika ada hal-hal yang perlu bantuan rekan lain, jangan ragu bertanya untuk menunjukkan anda orang yang mau belajar dan bekerja keras

SPEAK YOUR MIND
Sekalipun anda bukan seorang yang pandai mengemukakan pendapat, jangan segan untuk menyumbang ide.Tidak harus selalu berbicara langsung, setidaknya anda dapat melakukannya lewat SMS atau e-mail.Bergabunglah dalam diskusi-diskusi atau sekedar coffee talk ringan supaya anda mendapat informasi dan rekan tim mendapat input dari anda

TINGGALKAN EGO, SIAP TERIMA KRITIK
Bekerja sama dengan 'banyak kepala' membuat anda seringkali harus berkompromi. Bersikaplah terbuka terhadap pendapat orang lain karena mereka memiliki hak yang sama dengan anda. Hargai setiap pendapat sebagai masukan positif dan hindari bersikap defensif jika ada yang tidak sesuai dengan keyakinan anda. Bersiaplah menerima kritikan, tidak perlu menganggapnya sebagai personal attack fokuskan saja pikiran anda kepada tujuan tim.


Ada yang mengatakan jika mendapatkan karyawan-karywan terbaik itu mudah, yang tersulit adalah ketika harus menyatukan mereka untuk bekerja sama. Setiap individu memiliki ego masing-masing, dan dengan latar belakang kepribadian yang berbeda-beda, kemungkinan terjadinya konflik sangat besar. untuk itulah suatu tim kerja terlebih dahulu harus menyamakan tujuan bersama agar dalammenjalani tugasnya mereka bisa menanggalkan segala individualisme dan bekomitmen untuk meraih kesuksesan bersama-sama

REMEMBER!!!

SEORANG SUPER HERO YANG KUAT PUN TIDAK AKAN BISA MENANDINGI KEKUATAN DARI SEBUAH TIM YANG SOLID,
SO...
AKTIFKAN DIRI ANDA DALAM TIM.

CM GM JobsDB.com

KETIKA CINTA BERTASBIH

Cinta adalah....
Kekuatan yang mampu mengubah duri jadi mawar
Mengubah cuka menjadi anggur
Mengubah sedih jadi haru
Mengubah amarah jadi ramah
Mengubah musibah jadi bahagia
Itulah Cinta...

Sekalipun cinta telah kuuraikan
Dan...
Kujelaskan panjang lebar
Namun jika cinta...
Ku datangi, aku jadi malu pada keteranganku sendiri

Meski lidahku telah mampu menguraikan
Namun tanpa lidah...
Cinta ternyata lebih terang

Sementara pena sangat tergesa-gesa menuliskannya
Kata-kata pecah berkeping-keping
Begitu sampai kepada cinta

Dalam menguraikan cinta akal terbaring tak berdaya
Bagaikan keledai terbaring dalam lumpur
Cinta sendirilah yang menerangkan dan terpilih

yah...begitulah...
Ketika Cinta Bertasbih...

KCB
Habiburrahman el-Shirazie

A Confession

My Lord, Idon't deserve Your Firdaus,
And I am not able to bear the fire of hell

So grant me tawba (repentance) and forgive my wrong actions
Surely you are the Forgiver of great sins

My sins are great as the grains of sand
So grant me tawba, oh Lord of Might

My life shortens everyday
While my errors increase
How can I bear it???...

My Lord, your slave is disobedient to you
Deeply- rooted in misdeeds and implores you

If you forgive, that is appropriate to Your Being
If you toss me aside to whom shall I turn execept to you?


_0_Al-I'tiroof_0_
Love Allah, Love Rasulullah, Love each other
YGPKNCUTEKIREINA

SEJAK LAMA KUMENGADU

Sejak lama aku adukan kerinduanku
Wahai nurul wujud, cahaya Illahi

Aku memanggilmu ya tihami wahai Makkah Almukarromah
Sumber keutamaan dan kemulyaan
Harapan dan tujuan akhirku ya Rasulullah

Adalah perjumpaan denganmu
Itulah puncak keberuntunganku
Aku talah saksikan pintu keselamatan
Wahai yang senantiasa dalam kesucian
Wahai cahaya para nabi wahai puncak keindahan
Wahai penghulu orang-orang yang taqwa
Hatiku larut bersamamu

Singkirkanlah hijab yang menyiksaku untuk memandangmu
Telah kukuh sangkaku padamu janji keselamatan
Wahai yang menepati janji
Bagimu Sholawatullah
Dari tuhanku pemilik semua kesempurnaan

Cukuplah bagiku wahai cahay Ilahi
Perjalananku, Sungguh terasa panjang
Tuanku, selama hidupku engkau adalah kekasihku
Cepatkanlah perjumpaan denganmu itu


____Tholama Asyku_____
Cinta Allah, Cinta Rasul, Cinta Sesama

PERANAN AGAMA DALAM BIMBINGAN DAN PENYULUHAN

A. PENDAHULUAN

Kita semua menyadari bahwa permasalahan kependidikan khususnya kependidikn agama dalam strategi pembangunan nasional Indonesia merupakan komponen yang sangat penting. Untuk menyukseskan diperlukan kerja sama yang erat antara keluarga, masyarakat, dn pemerintah, sebagai tiga serangkai penanggung jawab pendidikan (Tri Tunggal Pendidikan).
Dengan memperhatikan sasaran pokok pendidikan, yaitu anak didik pada semua jenjang kependidikan yang masih berada dalam proses pertumbuhan dan perkembangan, maka, agar proses perkembangan/ pertumbuhan mereka dapat mencapai titik optimal yang berkualitas diperlukan bantuan ahli-ahli kependidikan, dan pendidik serta pembimbing yang mau memahami dan mendalami jiwa dan kecenderungan-kecenderungan perkembangan anak didik. Berikut akan dibahas mengenai peranan agama dalam bimbingan dan penyuluhan.

B. PEMBAHASAN

Program bimbingan penyuluhan agama merupakan penunjang bagi pelaksanaan program pendidikan disekolah, terutama pendidikan agama. Melalui peningkatan pelaksanaan program bimbingan dan penyuluhan agama, program pendidikan/pengajaran di sekolah dan luar sekolah akan lebih lancar pelaksanaannya, karena:
a. Bimbingan dan penyuluhan agama mengungkapkan kemampuan dasar mental spiritual dan agama pribadi anak untuk diaktualisasikan dan difungsikan menjadi tenaga pendorong (motivator) bagi peningkatan proses kegiatan belajar mengajar anak didik.
b. Bimbingan dan penyuluhan agama berusaha meletakkan kemampuan mental spiritual tersebut sebagai benteng pribadi anak didik dalam menghadapi tantangan rongrongan dari luar dirinya, baik yang berbentuk mental maupun yang berbentuk material (kebendaan).
c. Bimbingan dan penyuluhan agama berusaha mencerahkan kehidupan batin sehingga segala kesulitan yang dihadapi akan mudah di atasi dengan kemampuan nmental rohani nyang cerah tersebut.
d. Bimbingan dan penyuluhan agama berusaha menanamkan sikap dan orientasi kepada hubungan dalam empat arah, yaitu dengan Tuhannya dengan masyarakatnya, dengan alam sekitarnya dan dengan dirinya sendiri, sehigga menjadi pola hidup yang bersendikan nilai-nilai agama.

Kita menyadari bahwa dalam masyarakat modern saat ini bermunculan masalah-masalah sosial dan perkembangan ilmu dan tekhnologi yang besar dampaknya atau pengaruhnya terhadapnkehidupan remaja/anak didik kita, baik bersifat negatif ataupun positif, maka bimbingan dan penyuluhan agama aemakin diperlukan untuk meyukseskan program pendidikan disekolah dan diluar sekolah.


1. Guru Agama Sebagai Pendidik dan pembimbing

Tugas dan fungsi guru dalam proses kependidikan di sekolah (madrasah)tidak hanya sebagai pengajar ilmu pengetahuan semata-mata melainkan juga bertugas sebagai pendidik dan pembimbing atau counselor.
Bagi guru agama, karena tugas pokoknya mendidik dan mengajarkan pengetahuan agama dan menginternalisasikan serta mentransformasikan nilai-nilai agama kedalam pribadi anak didik yang tekanan utamanya adalah mengubah sikap dan mental anak didik ke arah beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta mampu mengamalkan ajaran agama, maka secara built-in, ia adalah pembimbing atau counselor hidup keagamaan anak didik. Tugas guru agamayang sekaligus menjadi counselor memang lebih berat dibanding dengan seorang guru umum yang berfungsi juga sebagai counselor bidang nonagama.
Guru agama dipandang oleh murid-muridnya sebagai pembawa norma agama yang diajarkan di sekolah dan juga dipandang oleh lingkungan masyarakatnya sebagai tokoh (pemuka) agama yang mencerminkan norma-norma ajaran agamanya ditengah hidup masyarakat (lingkungan) sekitar. Dimanapun berada ia menjadi panutan dibidang nilai-nilai hidup keagamaan.
Perkembangan jiwa agama pada anak didik saat dibimbing oleh seorang guru agama, dapat mengetahui dan mengenal ciri-ciri dan dinamika yang tersembunyi di dalam diri tiap-tiap anak didik yang beragama. Maka anak didik akan dengan sendirinya mempunyai kecenderungan kepada hidup dalam aturan-aturan agama, akan terbiasa menjalankan ibadah, takut melangkahi larangan-larangan agama dan dapat merasakan betapa nikmatnya hidup beragama.
Karena guru agama adalah pusat kehidupan rohani anak didik disekolah dan sebagai penyebab berkenalannya dengan alam luar, maka reaksi emosi anak didik dan pemikirannya kelak , terpengaruh oleh sikapnya terhadap bimbingan yang diberikan seorang guru agama.
Perasaan si anak didik terhadap guru agama, sebenarnya sangat kompleks, ia adalah campuran dari bermacam-macam emosi dan dorongan yang selalu melakukan interaksi, pertentangan ataupun kekaguman dan penghargaan. Pelatihan-pelatihan keagamaan yang diberikan dapat menumbuhkan nilai-nilai dan rasa aman. jadi guru agama mempunyai tugas yang cukup berat, yaitu ikut membina pribadi anak disamping mengajarkan pengetahuan agama kepada anak. Guru agama juga harus memperbaiki pribadi anak yang telah terlanjur rusak, karena pendidikan dalam keluarga
Guru agama harus membawa anak didik semuanya kepada arah pembinaan pribadi yang sehat dan baik. Setiap guru agama harus menyadari, bahwa segala sesuatu pada dirinya akan merupakan unsur pembinaan bagi anak didik. Disamping pendidikan dan pengajaran yang dilaksanakan dengan sengaja oleh guru agama dalam pembinaan anak didik, juga yang sangat penting dan menentukan pula adalah kepribadian, sikap dan cara hidup guru itu sendiri, bahkan cara berpakaian, cara bergaul, berbicara, dan menghadapi setiap masalah, yang secara langsung tidak tampak pembinaan pribadi si anak, hal-hal itu sangat berpengaruh.

Dalam menjalankan tugasnya tersebut maka dibutuhkan adanya syarat-syarat tertentu diantaranya:
a. Memiliki pribadi mukmin, muslim dan muhsin
b. Taat untuk menjalankan agama (menjalankan syariat Islam, dapat memberi contoh tauladan yang baik anak didik yang sedang dalam bimbingannya).
c. Memiliki jiwa pendidik dan rasa kasih sayang kepada anak didik yang sedang dalam bimbingannya dan ikhlas jiwanya.
d. Mengetahui dasar-dasar ilmu pengetahuan tentang keguruan, terutama Didaktik dan Methodik.
e. Menguasai ilmu pengetahuan agama
f. Tidak mempunyai cacat rohaniyah danm jasmaniyah dalam dirinya.
g. Guru agama harus zuhud, yakni ihlas dan bukan semata-mata bersifat materialis
h. Bersih jasmani dan rohani, dalam berpakaian rapi dan bersih, dalam akhlaknya juga baik
i. Bersifat pemaaf, sabar, dan pandai menahan diri
j. Seorang guru pembimbing harus terlebih dahulu merupakan seorang bapak/ibu sebelum ia menjadi seorang guru (cinta kepada murid-muridnya seperti anaknya sendiri)
k. Mengetahui tabiat dan tingkat berfikir anak.


2. Sistem Pendekatan Dari Tugas Dan Fungsi Bimbingan Dan Penyuluhan
Sistem pendekatan pendidikan agama berupa kegiatan, pengetahuan dan pengalaman yang dengan sengaja dan sistematis diberikan kepada anak didik dalam rangka mencapai tujuan pendidikan agama. Dimana semua pengetahuan, aktifitas (kegiatan-kegiatan) dan juga pengalaman-pengalaman yang dengan sengaja dan secara sistemtis diberikan oleh pendidik kepada anak didik dalam rangka mencapai tujuan pendidikan agama. dalam sistem pendekatan dari segi tugas harus memperhatikan faktor-faktor antara lain:
1). Penyesuaian dengan tujuan pendidikan agama (Perumusan tujuan secara tegas)
2). Penyesuaiannya dengan tingkat usia, tingkat perkembangan anak dan kemampuan anak didik.
Adapun tujuan pendidik serta pembimbing agama ialah;
1. Mengajarkan serta mengadakan bimbingan ilmu pengetahuan agama Islam
2. Menanamkan keimanan dalam jiwa anak
3. Mendidik anak agar taat menjalankan agama
4. Mendidik anak agar berbudi pekerti yang mulia.

Dari uraian diatas terdapat beberapa pendekatan dari tugas dan fungsi bimbingan dan penyuluhan diantaranya adalah:

a. Pendekatan dari segi sosio kultural

Menurut Parcival W. Hutsan, salah seorang guru besar pendidikan Universitas Pittburg, Amerika Serikat berpendapat bahwa pekerjaan counseling tidak dapat dilksanakan dalam masyarakt yang vacum. Oleh karena itu, setiap kegiatan counseling dan tiap program bimbingan sellu dalam suatu iklim sosial tertentu. Pelaksanaan tugas guidance dan counseling harus memperhitungkan kekuatan-kekuatan sosial, yang harus disadari dengan psikologi sosial. Dapat disimpulkan bahwa tugas guidance counselormenurut pandnagan diatas adalah melalukan bimbingan terhadap anak bimbing sebagai anggota masyarakat agar mampu melakukan penyesuaian diri dengan perubahan nilai-nilai sosial kultural dalam kehidupan masyarakat. Penyesuaian diri terhadap kondisi sosial kultural dari anak bimbing tersebut harus berlangsung secara bertahap dan terarah sehingga tidak menimbulkan schock mental mereka. Manifestasi dari schock mental karena pengaruh perubahan sosial, dapat mendorong anak kearah kenakalan (deliqunency) yang mengakibatkan gangguan terhadap kegiatan belajar mereka disekolah dan diluar sekolah.
Konflik tentang nilai yang benar dan yang salh dalam pribadi anak bimbing senantiasa mengganggu perkembangan kecerdasan dan perasaan mereka, akibat mereka menyaksikan penerapan nilai-nilai dalam kehidupan sehari-hari yang bertentangan dengan teori yang mereka pelajari.
Antara kenyataan (das sein) dengan yang seharusnya (das sollen) terdapat kesenjangan yang semakin lebar. Konflik batin inilah yang dapat menimbulkan ketidakpercayaan terhadap ajaran agama, kemudian timbul kecenderungan mencari-cari nilai yang diyakini kebenarannya yang belum tentu benar, karena hanya diukur dengan seleranya. Jadi, dilihat dari segi pendekatan ini, tugas dan fungsi guidance counselor adalah sebagai social self-adjustive guidance counselor (pembimbingdan penyuluh yang membimbing anak ke arah kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan harapan masyarakatnya).

b. Pendekatan dari segi edukatif

Dari segi pendekatn edukatif ini, seorang counselor (pembimbing) mempunyai tugas yang cukup beratyang menurut pandangan Gilbert Wrenn, seorang ahli bimbingan dan counseling Universitas Negeri Arizona, Amerika Serikat, harus memiliki kriteria sebagai berikut:
• Seorang counselor sekolah adalah pendidik yang mendapat pendidikan/latihan profesional sekurang-kurangnya berijazah Master of Art atau doktor.
• Seorang counselor adalah seorang generalis (yang pengetahuannya luas tetapi tidak mendalam) tentang sejumlah fungsi sekolah, tetapi juga bisa sseorang spesialis dalam salah satu bentuk pelayanan yang khusus.
• Klien dari counselor di sekolah meliputi guru-guru, orang tua murid, administrator, dan siswa itu sendiri.
• Keterampilan counselor sekolah jangan hanya terbatas pada kegiatan hubungan dengan klien, orang tua, administrator, dan sebagainya, tetapi yang lebih esensial adalah bekerja secara efektif dengan group (kelompok) siswa.
• Counselor harus lebih banyak memperhatikan kebutuhan pertumbuhan siswa yang normal dan terhadap perkembangan kepribadian siswa yang normal terhadap krisis karena timbulnya problem.
• Counselor sekolah harus memiliki tingkat kedalaman dan kematangan psikologis, sesuai dengan harapn siswa (anak bimbing), para guru, administrator, dan orang tua siswa. Tingkat kedalaman dan kematangan psikologis tersebut sesuai dengan pendidikan professional dan pengembangan kariernya lebih lanjut.

c. Pendekatan dari segi Agama

Pendekatan dari segi agama (Islam), pendektn ini telah berorientasi kepada kekuatan iman seseorang yang menurut pandangan agama menjdi sentralnya tenaga penggerak atau motivasi dalam tingkah laku sehari-hari. Oleh karena itu, daya kekuatan iman seseorang perlu counseling. Sebagai contoh, Dr. Carl Gustav Jung, salah seorang dokter jiwa Swiss yang berpengalaman dalam proses penyembuhan pasien-pasiennya yang menderita penyakit jiwa disebabkan oleh cahaya dari keimanan dari nilai keagamaan telah lenyap dari dalam pribadi mereka . Penyembuhannya tidak dapat diperoleh kecuali jika mereka mendapatkan kembali cahaya keimanan dari nilai-nilai keagamaannya. Pengalaman C.G. Jung tersebut membuktikan bahwa antara penyakit dengan kedalamn hidup keagamaan seseorang terdapat korelasi positif.

C. KESIMPULAN

Dari apa yang telah di uraikan diatas pemakalah dapat menyimpulkan bahwa seorang Counselor (Pembimbing) bertugas melaksanakan kegiatan-kegiatannya adalah sebagai berikut:
1. Bekerja sama dengan murid
2. Bekerja sama dengan orang tua murid
3. Bekerja sama dengan rekan-rekan seprofesi dan msyarakat
4. Melakukan promosi dan hubungan dengan orang lain bagi kepentingan anak bimbingnya.
Keempat tugas tersebut menunjukkan bahwa pekerjaan counselor selalu berkaitan dengan kepentingan hidup orang lain, baik kepentingan anak bimbing maupun anggota masyarakat yang memerlukan bantuannya.
Jiwa sosial dan dedikatif amat diperlukan oleh seorang counselor terutama counselor bidang pendidikan remaja, seolah-olah diri pribadinya bgaikan lilin yang menyal dengan api yang menerangi hidup orang lain, sedangkan dirinya sendiri (mengikhlaskan diri) meleleh dalam panasnya api itu sendiri. Perumpamaannya itu terlalu ideal, yang tidak mudah diterpkan oleh Counselor dalam kenyataan hidupnya. Yang jelas, counselor adalah jabatan pengabdian kepada orang.

"Murah Senyuman"

Tersenyumlah, sebab merpati telah lama mengantuk

Di wajahmu terbitlah fajar kegelapan

Terenyumlah, berilah kami sedikit bekal, karena kami akan merantau

Betapa nikmatnya senyuman sebagai bekal muafir

Terjalin cinta antaraku dan antaramu sepanjang maa

Karena kita saling berdampingan dan bertetangga

Kami heran tidak melihat di dalam dirimu, keheranan

Yang menunjukan hari-hari dalam keberuntungan

Dengan keceriaan, nyaris mata itu mewakili isi hatinya

Tersalam indah di dalam jiwanya syair-syair rahasia

Engkau tertawa, padahal berbagai duka menyelibungimu

Duka itu takut kepadamu sepert takunya jin dirajam bintang

(Al-A'ma Al-Kamilah, Abbas Al-Aqqad (1/40-41)

****
Itulah sepenggal syair tentang arti sebuah senyuman
Senyumn tidak terbatas untuk memikat hati, memperbanyak kebajikan atau menghapus keburukan dan doa saja, tetapi senyuman juga bermanfaat bagi kepribadian dan watak, memancing kegembiraan, dan dapat menikmati keceriaan dan kebahagiaan hidup.

Bagaimana tidak besar pengaruhnya atau kedudukannya didalam menyenangkan hati dan memberikan kemaslahatan bagi watak dan kepribadian, sedangkan ia adalah bagian dari pokok kepribadian dan asas-asas sebuah pertumbuhan sebab, senyuman adalah awal pertanda baik yang namapak dari seorang anak. Dengan senyuman ia merasa tentram, bertambah cepat pertumbuhannya, dan bertambah darahnya yang menjadi sebab kegembiraan dan kekuatannya.

Orang-orang yang suka tersenyum adalah orang-orang yang berguna untuk dirinya sendiri
Lebih mampu dalam bekerja,
Lebih dekat kepada tanggung jawab, lebih siap menghadapi cobaan atau kesukaran,
Menanggulangi kesulitan dan lebih dapat melakukan perkara-perkara besar yang bermanfaat baik untuk dirinya sendiri maupun untuk orang lain.

"Seandainya aku harus memilih antara harta yang berlimpah atau jabatn tinggi dengan hati ridha lagi tersenyum bahagia, maka aku akan memilih yang kedua, lho...mengapa?? sebab apa gunanya harta jika disertai duka?! apa artinya jabatan jika diiringi oleh kesedihan?! apa artinya segala yang ada dalam kehidupan jika pemiliknya merasa sempit, seolah-olah dia baru menguburkan jenazah kekashnya?! summa na'uu dzu billah...

"Ada lagi bila dalam kehidupan rumah tangga anda memiliki seorang istri yang cantik, molek nan rupawan tapi tiap hari anda pulang kerja disambut wajah cembetut alias cemberut! bagaimana perasaan anda??! senangkah atau sebalikny?!

Jadi...
Apa artinya istri cantik, jika ia selalu cemberut dan menjadikan rumahnya bagaikan neraka?! tentu seribu kali lebih baik seorang istri yang tidak terlalu cantik, tetapi ia menjadikan rumahnya laksana di surga! Subhanallah...

"Senyuman yang ditampakkan tidak berarti apa-apa kecuali jika didtangkan dari sesuatau yang dimiliki oleh perangai manusia dari pada keharum-haruman. Bunga-bunga tersenyum, hutan-hutan tersenyum, lautan, sungai-sungai, langit, bintang-bintang, burung-burung, semuanya tersenyum, bahkan manusia pada tabi'atnya juga tersenyum jika tidak dikotori oleh ketamakan, keburukan dan sifat egois yang membuatnya pesimis. Dengan demikian, berarti manusia telah durhaka atas nikmat alam yang dilimpahkan.

****
Ia berkata, langit mendung dan berkabut....
Aku berkata, terenyumlah, biarlah kabut dan mendung itu ada di langit....

Dalam suatu majelis, terjadi dialog antara Rasulullah SAW dengan para sahabat. rasulullah SAW menyampaikan, "Jika amanah telah hilang (tidak dipegang

Dalam suatu majelis, terjadi dialog antara Rasulullah SAW dengan para sahabat. rasulullah SAW menyampaikan, "Jika amanah telah hilang (tidak dipegang lagi dengan teguh), tunggulah saat kehancurannya."

Sahabat bertanya, "Ya rasul bagtaimana seseorang bisa menghilangkan amanah itu?" rasul SAW menjawab, "Bila suatu urusan (amanah) diserahkan kepada orang yang bukan ahlinya, tunggulah saat kehancurannya." (HR Bukhari).

Hadis rasulullah SAW itu menengarai hilangnya amanah, terutama disebabkan suatu urusan yang dipegang, ditangani atau dikelola oleh yang bukan ahlinya, yaitu yang tidak mengenal dan menguasai bidang pekerjaannya. dalam sistem ajaran Islam, ini masalah fundamental, karena amanah menyangkut urusan dan nasib orang banyak.

Dalam manajemen modern, hadis Nabi SAW tadi mendorong kaum Muslimin agar dalam mengelola profesionalitas. ketika adagium Inggris mengisyaratkan perlunya the right man, in the right place, in the right tim, sesungguhnya Islam telah jauh lebih dini menggariskannya, 14 abad yang lalu.

Persoalannya, dilapangan sering terjadi orang yang sebetulnya tepat mengemban amanah, justru tak dipilih dan dipercaya masyarakt. Dalam memilih dan menentukan orang untuk suatu urusan tertentu, nalar dan obyektivitas kita justru sering digadaikan untuk mengabdi pada kepentingan jangka pendek.

Ini biasanya lebih karena faktor-faktor askriptif, yaitu faktor kenisbatan. misalnya, karena yang mau dipili itu masih ada hubungan famili, satu suku, tetangga sekampung, satu almamater, sama-sama satu ormas atau satu partai.

Pada saat yang sama, faktor kompetensi, yaitu kecakapan, kemampuan, dan kejujuran, menjadi terabaikan. Islam mewajibkan kita agar dapat menciptakan dan membuka peluang hanya kepada mereka yang kompeten, kapabel, dan kredibel." sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya." (QS Annisaa (4):58).

"Hai orang-orang yang beriman, hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan kebenaran karena Allah, menjadi saksi dengan adil. dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap suatu kaum, mendorong kamu berlaku tidak adil. berlaku adilah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan." (QS Al-Maidah (5):8).

Kaum Muslimin Indonesia harus bersatu membuat barisan yang kokoh untuk memilih orang-orang yang diyakini mampu mengurus 220 juta manusi, dari sabang sampai merauke. Inilah kesempatan emas kita mengubah nasib bangsa sebagaimana diwasiatkan Alquran (QS ar Ra'ad (13):11) agar menjadi lebih sejahtera.

Senin, 25 Mei 2009

Untuk Papa dan Bunda

Untuk Papa dan Bunda


Wahai Papa, jiwa dan keberuntunganku
Wahai Bunda, Kebahagiaan hidupku
Wahai Papa dan Bunda
Pemberi kebahagiaan dan harapan
Sekarang, juga masa depanku
Namamu wahai Papa dan Bunda
Selalu terpahat di hatiku
Cintaku padamu membawaku kejalan yang benar
Dan…
Berbakti kepadamu
Diwajibkan Tuhan atasku
Mengingatmu merupakan kebahagiaan
Dan…
penawar hatiku
Doamu sungguh aku harapkan
Demi keselamatan diriku
Wahai Papa dan Bunda
Tetaplah selalu bersama didalam hatiku
Dan…
Sekali-kali aku tidak akan mengecewakanmu
Semoga Allah menjaga dan melindungi kita
Dengan keyakinan yang baik
Semoga Allah menyayangi
Dan…
Mengampuni kesalahan-kesalahan kita
Amin ya Allah


“YG”


Syair ini khusus penulis persembahkan untuk al-Marhumah Mamah N. Djojoh Khodijah, BA.

Rabu, 20 Mei 2009

HUKUM DAN SISTEM MEDIA MASSA

HUKUM DAN SISTEM MEDIA MASSA
Oleh: Pia Khoirotun Nisa

A. Pendahuluan

Jika kita melihat pengorbanan pers di zaman dahulu ketika masih mencari dan mencari terus sistem yang dianggap lebih baik menurut penjajah dan bangsa yang dijajah. Contoh, sistem politik pemerintahan negara bekas jajahan akan lebih banyak meniru system politik pemerintahan dan segala sesuatu dari negara penjajahnya.
Sistem pers dinegara berkembang, saat ini tidak jauh berbeda dengan negara maju, perbedaannya hanya terletak dalam hal kualitas saja. Contohnya salah satu kasus kemerdekaan pers dan penyampaian pesan normatif di negara berkembang masih terlalu bebas. Untuk lebih jelasnya akan dibahas dalam rangkuman perkuliahan Hukum dan Sistem Media Massa berikut ini

B. Rangkuman
Berikut hasil rangkuman dari materi perkuliahan Hukum dan Sistem Media Massa pada pembahasan materi:
a. Pengertian sistem pers, peranan, dan fungsi pers
b. Sistem pers di negara Barat dan negara-negara berkembang
c. Sejarah perkembangan sitem pers di Indonesia, sejak pra kemerdekaan hingga pasca Soeharto.
d. Mengenal komponen-komponen dalam sistem pers Indonesia.
e. Mengenal makna kebebasan pers

a) Pengertian sistem pers, peranan, dan fungsi pers
Tjuk Atmadi (1985) dalam bukunya Sistem Pers Indonesia mengutip pendapat H.E. Kawalusan, mengatakan:
“Sistem pada umumnya dihubungkan dengan pengertian tentang adanya keutuhan yang terdiri dari berbagai unsur, atau berbagai unsur dan bagian yang membentuk suatu keutuhan”.
Pendapat lain diutarakan oleh Rusadi Kantaprawira (1990:5) dalam buku “Pendekatan Sistem Dalam Ilmu-Ilmu Sosial”, menyatakan yang dimaksud dengan:

“Sistem itu secara sederhana dapat dikatakan sebagai kesatuan (unity) yang terdiri dari bagian-bagian (parts), component, element, secondary system (subsystem), yang secara fungsional terkait satu sama lain dalam ikatan superordinatnyayang menunjukan suatu gerak dalam rangka mencapai suatu tujuan tertentu (goal attainment)’.
Sedangkan pers adalah lembaga sosial dan wahana komunikasi massa yang melaksanakan kegiatan jurnalistik meliputi mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah dan menyampaikan informasi baik dalam bentuk tulisan, suara, gambar, suara dan gambar, serta dat dan grafikmaupun dalam bentuk yang lainnya.
Jadi Sistem pers adalah subsistem dari system komunikasi yang memiliki karakteristik tersendiri dibandingkan dibandingkan dengan sistem yang lainnya, misalnya sistem informasi manajemen, sistem dalam komunikasi organisasi dan lain sebagainya.

Dari pengertian diatas dapat diketahui sistem pers memiliki cirri-ciri:
1. Keterintegrasian (Interation)
2. Keteraturan (regularity)
3. Keutuhan (wholeness)
4. Keterorganisasian (organized)
5. Keterlekatan komponen satu sama lain (coherence)
6. Keberhubungan komponen satu sama lain (interdependence)

Peranan pers diantaranya:
1. Sebagai alat perubahan sosial
2. Berperan dalam kebijaksanaan dan pembangunan masyarakat.
3. Ikut mencerdaskan masyarakat
4. Menegakkan keadilan
5. Memberantas kebatilan

Pers adalah sarana yang menyiarkan produk jurnalistik. Fungsi pers berarti fungi jurnalistik. Fungsi pers diantanya:
1. Fungsi menyiarkan informasi,
2. Fungsi mendidik
3. Funsi menghibur
4. Fungsi mempengaruhi
5. Fungsi penghubung dengan cirri universalitasnya
6. Fungsi pembentuk pendapat umum
7. Fungsi control
8. Fungsi pemersatu
9. Fungsi “public watch dog” atau penjaga kepentingan umum
Selain itu juga, peranan pers berfungsi sebagai propagandis kolektif, dan organisator kolektif (Sastropoeto, 1984;255).

b) Sistem pers di negara Barat dan negara-negara berkembang
1. Sistem Pers Barat (USA)
Sistem pers barat, hanya diwakili oleh sistem Pers Amerika Serikat (USA), karena negara barat mengandung falsafah yang sama yaitu Liberalisme , yang menjadi landasan sistem sosial, sistem politik dan sistem pemerintahan mereka.
2. Sistem Pers Komunis (Rusia)
Sitem pers komunis merupakan pencerminan sistem sosial dan politik komunis, bahkan merupakan bagian integral dari sistem komunis. Bertolak dari sistem pers komunis, maka pers di Rusia adalah pers yang dimiliki sepenuhnya oleh pemerintah; tidak ada pemilikan pers oleh perorangan atau swasta.

Sistem pers di negara-negara diantaranya, Sistem persnya cenderung mengikuti sistem pers negara bekas jajahannya.
1. Pers di negara berkembang sampai saat ini berada dalam bentuk transisi.
2. Negara berkembang umumnya sedang membangun
3. Secara umum kebebasan pers dinegara berkembang diakui keberadaannya, tetapi dalam pelaksanaannya terdapat pembatasan-pembatasan.
4. Pda umumnya pers dinegara berkembang mengalami masalah yang sama dibidang komunikasi.
5. Sistem dan pola hubungan antara pers dan pemerintah mempunyai tendensi perpaduan antara sistem-sistem yang ada (Libertarian, authoritarian, dan social responsibility).
Seperti tabel berikut ini:
Sistem Negara Masyarakat
Otoriter (monarki/kerajaan) + -
Liberal (Republik Monarki Absolut) + +
Komunis (Republik) + -
Tanggung Jawab Sosial + +

Keterangan:
Dari Tabel diatas terbukti, pada sistem pers pemerintahan Otoriter dan Komunis negara lebih berkuasa dibandingkan masyarakat sedangkan pada sistem pers pemerintahan Liberal dan Tanggung Jawab Sosial kedua-duanya saling meberikan dukungan.

c).Sejarah perkembangan sitem pers di Indonesia, sejak pra kemerdekaan hingga pasca Soeharto.

Perkembangan sistem pers di Indonesia dimulai sejak masa penjajahan Belanda dengan terbitnya surat kabar berbahasa Belanda pertama, Bataviasche Nouvelles en Poltietieque Raisounnementen pada masa pemerintahan Van Imhoff tanggal 7 Agustus 1744. Dalam pemerintahan Daendels terbit surat kabar Javasche Courent tahun 1829 dan tahun 1836 terbit surat kabar De Baviasche Koloniale Courant.
Surat kabar berbahasa melayu yang terbit adalah Slompret Melajou di Semarang tahun 1860, mingguan Bintang Timur di Surabaya tahun 1862, surat kabar Bianglala di Jakarta tahun 1867, surat kabar Pelita Kectjil di Padang 1882 (kemudian berganti nama dengan Warta Berita), dan surat kabar Perctja Timoer di medan tahun 1902.
Menurut Prof. Oemar Seno Adji, SH, “ sejak lahirnya pers Indonesia adalah pers yang berjoang melawan ketidak adilan, ketidak benaran, menghendaki kejujuran, menuju kea rah pengakuan martabat dan derajat Bangsa Indonesia. Pada awalnya pers Indonesia adalah pers perjuangan, di dukung oleh intelektual-intelektual terbaik dari zaman
Di zaman orde lama atau zaman Demokrasi terpimpin atau era Pers Terpimpin, pers lebih banyak merupakan alat penguasa dari pada alat penyambung lidah rakyat. Tindakan-tindakan penekanan terhadap kemerdekaan pers oleh penguasa orde lama, bertambah bersamaan dengan meningkatbya ketegangan dalam pemerintahan. Tindakan-tindakan penekanan terhadap kebebasan pers merosot, ketika ketegangan dalam pemerintahan menurun.lebih-lebih setelah percetakan-percetakan diambil alih oleh pemerintah dan para wartawan diwajibkan untuk berjanji mendukung politik pemerintah, sangat sedikit pemerintahj melakukan tindakan penekanan kepada pers.
Dinamika Pers; Dari Kolonial ke Orde Lama

Masa Kolonial
(1920-1945) Masa Orde Lama
(1945-1950) Masa Orde Lama
(1950-1960)
Pers pergerakan

1920-1940 Pers dibatasi, terdapat persbreidel ordonnantie dan Hatzani Artikelen

Pers sebagai aktivis gerakan perlawanan membangun kemerdekaan 1942-1945 pers tumbuh karena 3 alasan :
1) ada kesempatan bagi para pekerja media untuk memperdalam keahlian; 2) media berbahasa Belanda dilarang; 3) Bhs. Indonesia menggantikan bhs Belanda karena Bhs Jepang belum dikuasai. Pers Perjuangan

Pers ikut berjuang melalui jalur diplomasi untuk mendapatkan pengakuan dunia atas kemerdekaan RI

Pers mengalami peningkatan sirkulasi karena ; 1) ada subsidi dari negara sehingga jumlah yang dicetak menjadi lebih banyak; 2) karena teknologi percetakan yang lebih canggih Pers Partai

Banyak media yang beafiliasi kepada partai politik


Terjadi kompetisi yang tidak sehat. Pers tidak stabil seperti awal tahun 50-an, semakin buruk saat negara menetapkan keadaan darurat perang (1957)


Dinamika Pers; dari Orba Sekarang

Secara sederhana dinamika pers di Indonesia dapat digambarkan seperti dalam table berikut:

No Awal orde Baru
(1970-1980) Masa Orde Baru
(1980-1998) Pasca Orde Baru
(1998-Sekarang)
1 Pers: Agent of Development

- Pers disubsidi
- Pers diprpoteksi Pers: Partner of
Government
-Pers disubsidi
-Pers diproteksi
-Pers dibina Pers: Social-
Control
- Pers Mandiri
- Pers bersaing
bebas

2  Pers dibina belum ada UU Pokok pers
 Belum ada UU penyiaran
 Keputusan berdasarkan kasus  UU Pokok Pers menekankan pers bebas bertanggung jawab
 Tanggung jawab lebih didepan  UU Pokok Pers mengacu pada kebebasan pers
 Pers sebagai intitusi bisnis (capitalist venture)
3 - Pers alat pembangunan
- Pers bagian
dari pembangunan - Pers sebagai alat politik pemerintah
- Pembredelan Pers sebagai agen of social control


d) Mengenal komponen-komponen dalam sistem pers Indonesia
Komponen-komponen sistem pers Indonesia
1. Dewan Pers yang merupakan lembaga tertinggi dalam sistem pembinaan pers di Indonesia.
Yang memiliki fungsi; 1) Melindungi kemerdekaan pers dari pihak campur tangan pihak lain.; 2) Melakukan pengkajian untuk pengembangn pers;
3) Menetapkan dan mengawasi pelaksanaan kode etik jurnalitik; 4) Mengembangkan komunikasi antara pers, masyarakat dan pemerintah; 5) Memfasilitasi organisasi-organisasi pers dalam menyusun peraturan di bidang pers dan meningkatkan kualitas profesi kewartawanan; 6) Mendata perusahaan pers.
2. Organisasi Pers adalah organisasi wartawan dan organisasi perusahaan pers. Organisasis-organisasi tersebut mempunyai latar belakang sejarah , alur perjuangan dan penentuan tata karma professional berupa kode etik masing-masing.
3. Masyarakat ; Pers lahir ditengah-tengah masyarakat, sehingga pers dan masyarakat merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Pers lahir untuk memenuhi tuntutan masyarakat untuk memperoleh informasi yang actual dengan terus menerus mengenai perirtiwa besar maupun kecil. Pers sebagai lembaga kemasyarakatan tidak dapat hidup sendiri, akan tetapi pers dipengaruhi dan mempengaruhi lembaga; kemasyarakatan yang lain.
4. Landasan kebebasan pers; terdiri dari enam landasan pokok; 1) Landasan idiil; 2) Landasan Konstitusional; 3) Landasan Strategis; 4) Landasan Yuridis; 5) Landasan Kemasyarakatan; 6) Landasan etis.
5. Organisasi dan Manajemen Penerbitan


e) Mengenal makna kebebasan pers
Bebas berarti tidak ada pembatasan, sedang bertanggung jawab berarti memperhatikan kepentingan yang lebih besar, seperti kepentingan umumatau kepentingan bangsa/nasional. Tanggung jawab pers ditandai dengan pengendalian dan pengawasan atau pembinaan oleh pemerintah.
Dalam prakteknya pers Indonesia sering keadaan dilema, yaitu tarik menarik antara bebas dengan bebas dan bertanggung jawab. Adakalanya pers Indonesia kebebasannya lebih besar dari pada tanggung jawabnya dan adakalanya di waktu yang lain tanggung jawabnya lebih besar dari pada kebebasannya.
Kebebasan pers dan tanggung jawab pers merupakan dua konsep pers yang berbeda tetapi di gabung menjadi satu. Pers bebas biasanya di dominasi oleh pengusaha, sehingga cenderung hanya memperhatikan kepentingannya dan kurang memperhatikan kepentingan umum. Pers bertanggung jawab merupakan pers yang menekankan kepentingan umum.
Kebebasan pers Indonesia adalah kebebasan untuk menyatakan serta menegakkan kebenaran dan keadilan, dan bukanlah kebebasan dalam pengertian liberalisme.

C. Hasil Analisis
Dari hasil rangkuman diatas dapat diketahui bahwa pers itu mempunyai pengaruh yang besar antara lain karena dapat membentuk opini public. Hitam kata pers, mka hitam pula kata masyarakat. Putih kta pers, maka putih pula pendapat khalayak umum.
Contohnya: pers secara terus menerus memberitkan bahwa ada seorang pejabat korupsi besar-besaran. Citra itu pulalah yang terbentuk dibenak masyarakat, padahal berita tersebut mungkin benar dan mungkin saja salah.
Jadi, tidaklah heran pada masa orde lama tulisan harus disensor sebelum diterbitkan, untuk memudahkan mengontrol pers, kantor penerbitan tidak boleh jauh dari istana.
Sistem pers lainnya adalah totalitarian, libertarian dan tanggung jawab sosial. Totalitarian adalah sistem pers pada zaman Uni Soviet. Pers menjadi alat propaganda pemerintah. Tidak ada pers swasta. Informasi dimonopoli oleh pemerintah. Libertarian lahir setelah Revolusi Prancis dan kemerdekaan Amerika Serikat lebih dari 200 tahunsilam. Dengan sistem ini kebebasan pers dijunjung.
Kebebasan di Indonesia mengalami pasang surut, bergantung pada siapa yang berkuasa. Adakalanya udara kebebasan segar beembus, seringkali pula perts pengap ditekan oleh penguasa.
Setelah lebih dari 21/2 abad pers Indonesia dikekang, nikmat kebebasan terhirup setelah terbit Undang-Undang No. 40 Tahun 1999 tentang Pers. Surat Izin Penerbitan Pers dicabut lewat Undang-Undang itu. Pembredelan pin akhirnya dilarang.

DAFTAR PUSTAKA

Abbas Bakri Drs., MA. Komunikasi internasional, peran dan permasalahannya;penerbit yayasan kampus tercinta-IISIP, Jakarta. 2003
Effendi Uchjana Onong Prof.MA, Ilmu teori dan filsapat komunikasi, PT Citra Aditya , Bekasi
Ermanto; Wawasan Jurnalistik Praktis, Penerbit Cinta Pena, Yogyakarta , 2005.
Heryanto Gun gun, M.Si., Pers Ditengah Perubahan Sosial, Hand Out Mata kuliah Jurnali
Iskandar Masku dan Atmakusumah; Panduan jurnalistik praktis ‘Mendalami Penulisan Berita dan Feature, Memahami Etika dan Hukum Pers’, Lembaga Pers Dr. Setomo, Jakarta, Desember 2004.
Kahya Eyo, Perbandingan Sistem dan Kemerdekaan Pers, Pustaka Bani Quraisy. Bandung 2004.
Nurudin, Sistem Komunikasi Indonesia; Rajawali Pers, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.2004.
Teba Sudirman ; Hukum Media Massa Nasiomnal, Pustaka Irvan, Ciputat, 2006. Cet 1.

Pola Siaran Radio Komunitas

Pola Siaran Radio Komunitas
Oleh: Pia Khoirotun Nisa.

Perkembangan teknologi komunikasi massa mengalami kemajuan sangat pesat. Kemajuan teknologi tersebut telah mengantarkan umat manusia semakin mudah untuk berhubungan antara satu dengan yang lainnya. Jarak yang selama ini terasa amat jauh, sekarang sudah terasa dekat sekali. Berbagai informasi dan peristiwa yang terjadi di belahan dengan secara cepat dapat diketahui oleh manusia pada benua yang lain. Era globalisasi yang ditandai oleh semakin majunya teknologi komunikasi juga disebut dengan era reformasi.
Kemajuan teknologi di bidang komunikasi telah mengantarkan alat komunikasi massa atau yang disebut massmedia dapat menjalankan fungsinya secara baik. Tetapi di balik itu semua dalam menjalankan fungsi tersebut juga ada pelanggaran nilai-nilai yang menjalankan fungsi tersebut juga ada pelanggaran nilai-nilai yang ada. Setidaknya ada tiga fungsi dari komunikasi massa yang meliputi: memberikan informasi, mendidik, dan memberikan hiburan. Ada juga para ahli yang menambahkan fungsi media massa itu dengan fungsi mempengaruhi, fungsi membimbing, dan fungsi mengeritik.
Media massa memiliki efek homogenisasi yang paling kuat kalau hanya terdapat beberapa saluran, beberapa media yang berbeda, dan sedikit pilihan yang hanya dapat dilakukan khal;ayak. Di masa mendatang, akan muncul situasi kebalikannya. Meskipun isi dari setiap program bisa baik atau buruk, “isi” baru yang paling penting dari semuanya ialah eksistensi dari keragaman itu sendiri. Pergeseran dari pilihan yang sedikit ke lingkungan media dengan pilihan tinggi, bukan hanya memiliki implikasi kultural saja, melainkan politik.
Radio sebagai Media Elektronik, dimasukkan kepada Komunikasi Massa, karena ada berita yang disiarkan secara luas dan dapat didengar oleh orang banyak. Radio sebagai media massa muncul setelah adanya film, yakni sekitar tahun 1920. Di Amerika Serikat orang yang dinilai berjasa dalam penemuan radio adalah Dr.Lee De Forest, David Sarnoff, dan Dr. Frank Conrad. Penyiaran informasi dalam bentuk berita dan penyiaran musik oleh radio hampir bersamaan. Tetapi yang terkenal adalah penyiaran kegiatan pemilihan umum presiden Amerika Serikat pada tanggal 2 Nopember 1920 yang dianggap sebagai penyiaran berita pertama secara luas dan teratur kepada masyarakat.
Sekarang radio masih tetap memainkan perannya sebagai Media Massa, meskipun televisi dan surat kabar atau Majalah mengalami kemajuan pesat, baik kualitas maupun kuantitasnya. Bahkan radio mempunyai kelebihan tersendiri, sebab seorang dapat mengikuti sambil tetap melakukan pekerjaannya. Berbeda dengan surat kabar atau televisi yang memerlukan penglihatan.
Media penyiaran merupakan bentuk lain komunikasi massa yang berguna untuk menciptakan kerangka berpikir yang sama bagi semua warga masyarakat, yang berfungsi sebagai informasi, hiburan, menyalurkan opini publik, kontrol sosial, kritik, dan mendidik (menyajikan pengetahuan).
Media komunikasi massa akan mengantarkan perubahan atau transformasi budaya masyarakat. Ummat Islam sebagai bagian penduduk dunia adalah konsumen dari produk berbagai media massa tersebut.
Pakar Komunikasi Fisip UI, M. Alwi Dahlan menengarai munculnya penyakit kecemasan informasi pada sebagian masyarakat kita belakngan ini, karena laju pertumbuhan dan akumulasi pengetahuan serta informasi mengalami peningkatan sangat cepat secara eksponensial. Pesatnya pertumbuhan dan akumulasi pengetahuan serta informasi mengalami peningkatan sangat cepat secara eksponensial. Pesatnya pertumbuhan informasi saat ini, bukan lagi hanya menyangkut jumlah, tetapi juga jenis, kualitas, dan kompleksitas informasi yang berkembang di segala bidang, termasuk yang tidak atau belum tentu berguna, disamping limbah informasi. Begitu rupa perkembangannya, sehingga mulai menimbulkan gejala “penyakit” kecemasan informasi terlihat karena orang mengumpulkan informasi sebanyak informasi yang tepat dalam bentuk yang sesuai, dapat ditemukan dengan cepat dan dimanfaatkan pada waktunya. Arus informasi ynag tersedia bagi berbagai lapisan masyarakat sangat banyak dan sukar dikendalikan atau diawasi. Dari satu segi, arus yang besar ini berguna meningkatkan kemampuan SDM (Sumber Daya Manusia) sekaligus memperkuat ketahanan nasional. Tetapi segi lainnya, arus informasi yang membanjir akan menenggelamkan SDM yang jumlahnya masih sedikit.
Disamping jarak yang semakin dekat, masyarakat juga semakin banyak mendapatkan pilihan sarana untuk menyerap informasi. Bila pada awalnya, masyarakat hanya mendapatkan informasi dari pers cetak seperti surat kabar dan majalah, sekarang sarana tersebut semakin banyak dengan munculnya media elektronik, seperti halnya radio yang telah menjadi media komunikasi massa yang cukup ampuh.
Radio adalah suara. Suara merupakan modal utama terpaan radio ke khalayak dan stimulasi yang dikoneksikan kepadanya oleh khalayak. Sedangkan;
Radio komunitas adalah stasiun siaran radio yang dimiliki, dikelola, diperuntukkan,diinisiatifkan dan didirikan oleh sebuah komunitas. Pelaksana penyiaran (seperti radio) komunitas disebut sebagai lembaga penyiaran komunitas.
Dibandingkan media cetak, radio adalah;
1. Audio
2. Media sederhana
3. Bersistem durasi
4. Santai dikonsumsi
5. Selintas/seketika
6. Harus direkam
Radio melebihi media online. Radio is the magic medium. Menurut Marshl Mc Luchan, radio affects most people intimately, person to person, offering aworld of unspoken communication between write, speaker, and listener.
Media radio dipandang sebagai “kekuatan kelima” the fifth state” setelah lembaga eksekutif (pemerintah), legislatif (parlemen), yudikatif (lembaga peradilan), dan pers surat kabar. Disebut kekuatan kelima antara lain karena radio memiliki daya tarik tersendiri, seperti kekuatan suara, musik dan efek suara.

 Pengertian Komunikasi Massa
Untuk melihat pengertian komunikasi massa, terlebih dahulu dijelaskan pengertian komunikasi itu sendiri diantaranya:
Istilah komunikasi atau dalam bahasa inggris communication sesungguhnya berasal dari bahasa Latin communicatio yang bersumber dari kata communis dengan arti sama. Kata sama yang dimaksu di sini ialah kesamaan makna. Jika dua orang terlibat dalam komunikasi, maka komunikasi disebut berlangsung dengan baik, selama ada kesamaan makna antara satu sama lainnya. Untuk mencapai kesamaan makna antara satu sama lainnya. Untuk mencapai kesamaan makna dalam pembicaraan, keduanya sama mengerti bahasa yang dipergunakan dalam proses komunikasi. Namun demikian, meskipun antara kedua sama-sama memakai bahasa yang sama, belum tentu antara keduanya mempunyai makna yang sama tentang isi komunikasi. Percakapan dikatakan komunikatif apabila makna yang dipahami dari percakapan tersebut sama persis antara yang berbicara dan yang mendengar pembicaraan.
Kata komunikasi dalam bahasa inggrisnya communication berasal dari bahasa latin Communicatus yang berarti “berbagi atau menjadi milik bersama.
Menurut Charless R. wright “ Komunikasi” berarti suatu proses sosial .
Pengertian komunikasi secara etimologi, bahwa istilah komunikasi berasal dari bahasa inggris communication yang berasala dari bahasa latin communicatio yang berarti pemberitahuan atau pertukaran pikiran, makna hakiki dari communicatio ini adalah communis yang berarti sama atau kesamaan arti.
Sama halnya dengan pengertian tersebut, Astrid Susanto mengemukakan, perkataan komunikasi berasal dari kata communicare , yang di dalam bahasa latin mempunyai arti berpartipasi atau memberitahukankata communis berarti milik bersama atau berlaku dimana-mana.
Sedangkan secara terminologi komuniukasi berarti proses penyampaian suatau pernyataan oleh seseorang kepada orang lain dimana komunikasi yang melibatkan sejumlah orang dan seseorang menyatakan sesuatu kepada orang lain.
Sekarang dilihat pengertian komunikasi massa. Jalaluddin Rakhmat merangkum beberapa definisi komunikasi massa sebagai jenis komunikasi yang ditujukan kepada sejumlah khalayak yang tersebar, heterogen, dan anonim melalui media cetak atau elektronis sehingga pesan yang sama dapat diterima secara serentak dan sesaat. Perkataan “dapat’ dalam definisi ini menekankan pengertian bahwa jumlah sebenarnya penerima komunikasi massa pada saat tertentu tidaklah esensial.


 Pengertian Radio
Secara Etimologi, pengertian radio adalah pengiriman suara atau bunyi melalui udara.
Peter Salim mengartikan radio sebagai berita yang disiarkan melalui radio atau usaha penyiaran berita melalui radio.
Secara teknologi , radio adalah pengiriman sinyal oleh modulasi gelombang elektromagnetik. Gelombang ini melintas (merambat lewat udara dan kevakuman angkasa, gelombang ini tidak memerlukan medium pengangkutan.
Secara umum radio atau radio siaran merupakan salah satu jenis media massa, sarana atau saluran komunikasi massa seperti halnya surat kabar, majalah, atau televisi.
Menurut Ton Kertapati, pada dasarnya radio adalah “Medium untuk bercerita yang dalam permulaannya segala apa yang disiarkan mempunyai bentuk cerita.
Sedang pengertian radio siaran menurut terminologi, menurut peraturan pemerintah, radio siaran adalah pemancaran radio yang langsung ditujukan kepada umum dalam bentuk suara dan mempergunakan gelombang radio sebagai media.


 Pengertian Radio Komunitas
Radio komunitas adalah stasiun siaran radio yang dimiliki, dikelola, diperuntukkan,diinisiatifkan dan didirikan oleh sebuah komunitas. Pelaksana penyiaran (seperti radio) komunitas disebut sebagai lembaga penyiaran komunitas.
Radio komunitas juga sering disebut sebagai radio sosial, radio pendidikan, atau radio alternatif. Intinya, radio komunitas adalah “dari, oleh, untuk dan tentang komunitas’.

 Perkembangan di Indonesia
Radio komunitas di Indonesia mulai berkembang pada tahun 200. Radio komunitas merupakan buah dari reformasi politik tahun 1998 yang ditandai dengan dibubarkannya Departemen Penerangan sebagai otoritas tunggal pengendali media di tangan pemerintah. Keberadaan radio komunitas di Indonesia semakin kuat setelah disahkannya Undang-undang nomor 32 tahun 2002 tentang penyiaran. Menurut UU Penyiaran No. 32/2002 terdapat tiga jenis radio siaran, yaitu;
1. Radio publik menggantikan radio pemeintah
2. Radio komersial
3. Radio komunitas
Ketiganya memiliki karakteristik tersendiri dan berkekuatan hukum setara.




Secara historis perkembangan radio di Indonesia dapat dilihat sebagi berikut:
Periode Misi Siaran Teknologi
1925-1940-an


1950-1960-an


1970-1980-an


1990-an-sekarang Alat Perjuangan antikolonialisme Belanda, Jepang, dan Sekutu.
Alat mobilisasi ideologi rezim otoriter Orde Lama dan orde Baru
Alat mobilisasi pembangunan, sarana berbisnis, dan hiburan
Medium bisnis, hiburan, pencerahan publik, dan demokrasi Amatir/AM


Amatir/AM


Profesional/FM, AM


AM, FM, internet-satelit, jaringan.

Saat ini di Indonesia terdapat lebih dari 300 radio komunitas. Radio-radio komunitas tersebut tersebar di seluruh wilayah Indonesia yang sebagia di antaranya telah menggorganisasikan diri dalam organisasi Jaringan Radio Komunitas Indonesia (JRKI), Jaringan Independen Radio Komunitas (JIRAK CELEBES).
Radio komunitas dibedakan dengan radio publik karena radio komunitas melayani komunitas yang secara geografis terbatas, sementara radio publik melayani kepentingan yang secara geografis melingkupi seluruh nasional, kepemilikan dana, dan pengelola radio komunitas dilakukan sendiri, sedangkan radio publik memperoleh dukungan formal dari negara dalam bentuk anggaran rutin.
Radio komunitas dibedakan dengan radio komersil karena segenap olah siar radio komunitas tidak untuk mencari keuntungan komersial sebagaimana radio komersil. Radio komunitas muncul dari komunitas karena kebutuhan setempat, sedangkan radio komersial dapat didirikan oleh individu yang mampu secara finansial sebagai bentuk usaha yang sah.
Menurut Robert Mc Leish, tipe radio yang populer adalah:
Public service station: radio yang dimiliki dan melayani kepentingan umum secara nasional
1. Commercial station: radio milik pribadi untuk mencari keuntungan komersial
2. Government station: radio pemerintah yang digunakan untuk kepentingan umum
3. Government owned station: radio milik pemerintah yang sepenuhnya digunakan untuk propaganda
4. Institutional ownership station: radio yang dimiliki ormas, kampus, dan LSM
5. Community ownership, radio milik komunitas kecil di suatu kelurahan.
Di Indonesia sebelum 1998 hanya dikenal dua tipe radio, yaitu radio pemerintah (government owned station) dan radio komersial. Meskipun radio komunitas sudah mulai ada, secara politik dilarangdan dicap sebagai radio gelap.


Bentuk Radio Publik Komunitas Radio Komersial
Sifat pengelolaan

Jangkauan geografi

Pemilik dan pengelola

Pembuatan Keputusan siaran Nonprofit 9tidak mencari untung)
Nasional, Internasional
Negara dibawah Kementrian Penerangan
Buttom up (aspirasi dari bawah) Nonprofit

Sangat lokal

Kelompok masyarakat

Buttom up (aspirasi dari bawah) Profit (Mencari untung)
Lokal, jaringan

Individu atau kelompok usaha

Top down (ditentukan oleh pengelola)

Dibandingkan dengan televisi, televisi sebenarnya lebih lengkap daripada radio sebab, jika radio bersifat auditif-hanya untuk didengarkan- televisi bersifat audio-visual-selain untuk didengarkan, juga untuk dilihat. Meskipun demikian, sampai sekarng televisi belum pernah diberi julukan “kekuasaan keenam” (the sixth estate).
Para ahli komunikasi memberi julukan kekuasaan kelima kepada radio karena dibuktikan oleh sejarah yakni ketika menjelang, semasa dan sesudah Perang Dunia II, tatkala Jerman Italia, dan Jepang di satu pihak, terlibat dalam perang radio dengan inggrs, Amerika, Rusia, dan negara-negara lainnya di lain pihak.
Sampai sekarang pun, jika terjadi perebutan kekuasaan disebuah negara, diantara sekian banyak media massa, yang pertama-tama diincar adalah stasiun radio siaran. Mengapa radio dijuluki kekuasaan kelima? Ada tiga faktor yang mendukungnya:
1. Radio bersifat langsung
2. Radio tidak mengenal jarak dan rintangan
3. Radio memiliki daya tarik
Itulah faktor-faktor yang menyebabkan dijulukinya radio sebagai the fifth estate; langsung, tidak mengenal jarak dan rintangan, serta memiliki daya tarik keefektifan radio siaran semakin didukung pula oleh produk teknologi mutakhir, seperti pemancar sistem frequency modulation (FM), transistor.
 Jaringan Radio Komunitas Indonesia
Jaringan radio komunitas Indonesia (JRKI) dideklarasikan pada tahun 2002. Di dalam organisasi JRKI terdapat jaringan radio komunitas daerah yaitu JRK Sumatra Barat, JRK Lampung, JRK Banten, JRK Lombok, JRK Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat, dan JRK Papua.
Meskipun sudah dikenal luas di Amerika dan Eropa, radio komunitas (community radio) baru populer di Indonesia sejak UU No.32/2002. “ Komunitas” adalah satu dari sejumlah istilah untuk radio yng berbasis lokal, yaitu:
1. Radio alternatif. Alternatif dari dua model penyiaran mainstream yang hanya melayani propaganda negara (state oriented)dan melayani kepentingan pengusaha (market oriented) melalui radio siaran komersial dan radio negara.
2. Radio pendidikan. Media belajar sosial, antitesis kecenderungan radio yang hanya memberikan informasi sepihak dan menyuguhkan hiburan semata.
3. Radio swadaya. Ciri khas radio ini mengandalkan sikap militansi, komitmen sosial, dan independensi sikap politik dari pengelolanya.

 Jaringan Independen Radio Komunitas (JIRAK CELEBES)
JIRAK CELEBES berkongres pada tanggal 28 September 2005. JIRAK CELEBES beranggotakan 32 radio komunitas di seluruh Indonesia. Ke-32 radio komunitas tersebut mewakili empat tipe radio komunitas , yaitu radio komunitas berbasis komunitas seperti masyarakat adat, masyarakat desa, dan pemulug sampah. Tipe kedua, radio komunitas berbasis iu, misalnya ada isu pendidikan, lingkungan, pembangunan kota, seni budaya dan pemuda. Tipe ketiga, mradio komunita berbasis hobi, berupa musik dan motor. Terakhir radio komunitas berbasis kampus.
Dalam mempermudah koordinasi dan konsolidasi, ke-32 radio komunits itu akhirnya dibagi menjadi 7 wilayah, yaitu Wilayah Makassar, Wilayah Ajatappareng, Wilayah Luter (Luwu Toraja dan Enrekang), Wilayah Bosowa, Wilayah Tengah (Barru, Pangkep dan Maros), Wilayah Bulukumba, Sinjai, selayar dan bantaeng, dan Wilayah Sulawesi Barat.
Di tingkat lokal, Perkumpulan Jurnalis Advokasi Lingkungan (JURNAL Celebes), dan tingkat nasional bersama Yayasan TIFA Jakarta dan COMBINE Resource Institution, CRI Yogyakarta cukup banyak mendukung dan mendorong pembentukan JIRAK CELEBES dan pengembangan kapasitas penyelenggara radio komunitas di Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat ters.
 Peran dan Fungsi
Radio komunitas sebagai slah satu bagian dari sistem penyiaran Indonesia secara praktek ikut berpartisipasi dalam penyampaian informasi yang dibutuhkan komunitasnya, baik menyangkut aspirasi warga masyarakat maupun program-program yang dilakukan pemerintah untuk bersama-sama menggali masalah dan mengembangkan potensi yang ada di lingkungannya.
Penyediaan akses yang lebih terbuka kepada publik sebagai pemilik frekuensi untuk menjadi pendengar, partisipan interaktif, hingga pemilik radio siaran. Secara faktual hal ini ditandai dengan maraknya program talk show, siaran jurnalisme, pengalihan kepemilikan radio pemerintah daerah (RSPD) ke swasta, dan trend radio berjaringan (networking) baik kepemilikan, manajerial, maupun program siaran, tidak hanya antar radio di dalam negeri, tetapi antara radio lokal dan radio asing. Aspirasi publik makin dipertimbangkan oleh pengelola siaran.
Pertumbuhan gerakan untuk menjadikan radio sebagai medium pemberdayaan sosial melalui pendirian radio-radio alternatif di luar radio komersial dan RRI, dengan program siaran yang lebih berkarakter, kritis, dan edukatif. Radio komunitas kampus dan warga berdiri seperti jamur di musimhujan mirip awal hidupnya radio komersial. Ke depan, radio dengan visi dan misi yang terakhir ini diprediksi akan menjadi primadona. Radio-radio komersial akan berkembang sebagai industri primer dalam masyarakat informasi, bukan lagi industri kecil milik keluarga yang dikelola secara feodalistik.
Dibandingkan dengan televisi, televisi sebenarnya lebih lengkap daripada radio sebab, jika radio bersifat auditif-hanya untuk didengarkan- televisi bersifat audio-visual-selain untuk didengarkan, juga untuk dilihat. Meskipun demikian, sampai sekarng televisi belum pernah diberi julukan “kekuasaan keenam” (the sixth estate).
Keberadaan radio komunitas juga salah satunya adalah untuk terciptanya tata pemerintahan yang baik dengan memandang asas-asas sebagai berikut:
1. Hak asasi manusia
Bahwa kemerdekaan menyampaikan pendapat dan memperoleh informasi melalui penyiaran sebagai perwujudan hak asasi manusia dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, dilaksanakan secara bertanggungjawab, selaras dan seimbang antara kebebasan dan kesetaraan menggunakan hak antarelemen di Indonesia.
2. Keadilan
Bahwa untuk menjaga integrasi nasional, kemajemukan masyarakat dan terlaksananya otonomi daerah maka perlu dibentuk sistem penyiaran nasional yang menjamin terciptanya tatanan system penyiaran yang adil, merata, dan seimbang guna mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Pengelolaan, pengalokasian dan penggunaan spektrum frekuensi radio harus tetap berlandaskan pada asas keadilan bagi semua lembaga penyiaran dan pemanfaatannya dipergunakan untuk kemakmuran masyarakat seluas-luasnya, sehingga terwujud diversity of ownership dan diversity of coten dalam dunia penyiaran.

3. Informasi
Lembaga penyiaran radio merupakan media informasi dan komunikasi yang mempunyai peran pentng dalam penyebaran informasi yang simbang dan setimpal di masyarakat memiliki kebebasan dan tanggung jawab dalam menjalankan fungsinya sebagai media informasi, pendidikan, kontrol serta perekat sosial.
Sedangkan dalam buku media now dijelaskan radio memiliki peranan dan fungsi radio sebagai berikut:
1. National commercial networks developed
2. The Radio Act of 1927 reduced radio frequency overlap and interference
3. The Act assigned licenses for frequencies, letting listeners know exactly which channels stations were on.
4. Stations developed the technical ability to deliver ckear, strong signals
5. A critical mass of households with radios created an audience attractive to advertisers.
6. Advertisers became interested in reaching a mass audience through networks and local stations.
7. Advertising became the dominant means of paying for radio
8. Advertisers and commercial station managers pushed the content of radio toward music and other entertainment to draw the largest possible audience.

4. Radio Sebagai Institusi Sosial
Radio adalah sebuah institusi yang kompleks. Secara skematis John R. Bittner menggambarkannya sebagi berikut:


Bagan ini menunjukan bahwa radio sebagaimana media komunikasi massa lainnya tidak berada di “ruang hampa”, tetapi berada di dalam komunitas masyarakat yang heterogen dengan segala macam kompleksitas permasalahan
Sebagai institusi yang berkembang dinamis, begitu banyak harapan masyarakat terhadap radio terutama agar materi siarannya sesuai dengan dinamika pendengar yang makin kritis dan dinamika kehidupan yang makin kompleks. Radio tidak sekedar menghibur dan menjauhkan pendengardari realitas yang harus mereka pecahkan seceptnya.
Untuk itulah dianjurkan agar radio tidak mengakses wacana yang anti sosial, tidak membentuk sikap hedonis, tidak membentuk arena baru bagi konflik sosial yang tidak perlu, tidak membentuk masyarakat yang permisif. Acuh tak acuh terhadap problem sosial, tidak membentuk figur pengkhayal, tetapi figur kreatif dan optimis. Pendek kata, radio harus menyatu dengan situasi aktual disekitar radio itu berada, tidak membawa kultur lain yang menyebabkan dislokasi sosial atau elitisme.
Secara teknologis dan sosiologis, radio dengan suara sebagai modal utamanya memiliki sejumlah kelebihan dan sekaligus kelemahan:

Kelebihan Kelemahan
- Sarana tercepat penyebar informasi dan hiburan.
- Dapat diterima di daerah yang belum memiliki sambungan listrik. Produksi siarannya singkat dan berbiaya murah.
- Masyarakat. Buta hurup bukan kendala harga pesawat murah, mudah dibawa kemana saja. - Hanya bunyi, tidak ada visualisasi yang tampak nyata.
- Tergantung pada kondisi dan stabilitas udara di suatu lokasi. Tidak bisa mengirim pesan dan informasi secara mendetail.
- Terdengar selintas, sulit diingat, dan tidak bisa diulangi. Hanya bisa didengar, tidak bisa di dokumentasikan.

Radio melebihi media online. Radio is the magic medium. Menurut Marshl Mc Luchan, radio affects most people intimately, person to person, offering aworld of unspoken communication between write, speaker, and listener.
Dalam propgramnya radio menawarkan; focused on music (at least a quarterof the schedule), but also included news, comedy, variety shows, soap operas, detective, dramas, suspense, and action adventures. Thus many of kinds of programming that we now associate with television were depeloped.
Secara skematis peran sosial radio sebagai institusi diruang publik sebagai berikut:
PERAN SOSIAL RADIO
Sosialisasi

Aktualisasi

Advokasi
1. Menyebarluaskan informasi dan hiburan
2. yang membuat optimisme serta menjalin interaksi dialogis antar pendengar.
3. Menjalin komunikasi untuk saling berkarya, mengubah berbagai persepsi dan kecurigaan yang tidak perlu.
1. Menyegarkan memori pendengar terhadap peristiwa aktual dan momentum yang penting bagi kehidupan mereka.
2. Mengagendakan masalah-masalah sosial agar menjadi isu dan keprihatinan bersama ketimbang masalah personal.
1. Mendesak makin terbukanya kebijakan politik-ekonomi bagi partisipasi seluruh lapisan pendengar
2. Memediasi antar berbagai pihak yang sedang berkonflik sehingga muncul solusi damai dan saling menguntungkan.

Berbicara mengenai fungsi radio komunitas tidak terlepas dari fungsi media massa itu sendiri. Dalam hal ini Harold D Laswell menyebutkan bahwa media massa mempunyai tiga fungsi utama yaitu:
The surveiiance of the Envirinment (mengungkapkan dan menyebarkan informasi mengenai kejadian disuatu lingkungan dan penggarapan berita).
The Corelation of the part of socienty in responding to the nvironment (kegiatan
Network radio remained strong through World Warr II, which in many ways represented a peak in the importance of radio compared to other advertising media. Money spent on radio ads doubled from 1939 to 1945, surpassing expenditures obn newspaper ads in 1943. radio was the paramount information medium of the war, both domestically and internationally, the use of radio propaganda purposes frightened many people ang stimulated research into the power of mass media over their audiences.
Edward R. Murrow broadcast memorable live reports from London during World War II, dramatically covering the German bombing of London and other battefields. His reports conveyed vivid, realisic, and often highly moving word pictures. He emerged as one of the most credible and admired newsmen in the well respected CBS news organization. He preferred to stay in the news room, rather than getting into administration, and he survivednthe shift to television news better than many other radio newspeople.
Dengarkanlah siaran radio, semua cerita yang dijadikan berita oleh media itu selalu berupa fenomena yang ada di dalam masyarakat. Siaran selalu berangkat dari atau bercerita tentang kenyataan yang diangkat baik dari peristiwa maupun dari masalah.



Daftar Pustaka
Amir Mafri Drs. H., M.Ag.. Etika Komunikasi Massa Dalam Pandangan Islam; Pengantar Jalaluddin Rakhmat; PT LOGOS Wacana Ilmu, Pamulang Timur, 1999.
Effendy Uchjana Onong Prof. Drs., M.A.; Dinamika Komunikasi; PT Remaja Rosdakarya; 2004.
Iskandar Maskun dan Atmakusumah, Panduan Jurnalistik Praktis, Mendalami Penulisan Berita dan Feature, Memahami Etika dan hukum Pers. Lembaga Pers Dr. Soetomo. Friedrich Ebert Stiftung..Jakarta 2004.
Larose Robert, dan Sttraubhar Joseph, Media Now:Communications Media In The Informations Media In The Information Age, (USA: Wadsworth Group, 2002), cet. E-3,
Masduki, Menjadi Broadcaster Profesional, Pustaka Populer LkiS
Muis A, Indonesia di era Dunia Maya “Teknologi Dalam Dunia Tanpa Batas”, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2001. h.110-111.
Rakhmat Jalaluddin, Drs. M.SC. Metodologi Penelitian Komunikasi, PT Remaja Rosda Karya-Bandung. 2005.
Syamsul Asep, M. ramli, Broadcast Journalism, Yayasan Nuansa Cendekia, Bandung 2004.
http://id.wikipedia.org/wiki/Radio-komunitas # Perkembangan-di-Indonesia 09/06/2006
http://www.combin.or.id/CRI/09/06/2006

.

PERANAN AGAMA DALAM BIMBINGAN DAN PENYULUHAN

PERANAN AGAMA DALAM BIMBINGAN
DAN PENYULUHAN
Oleh: Pia Khoirotun Nisa

A. PENDAHULUAN

Kita semua menyadari bahwa permasalahan kependidikan khususnya kependidikan agama dalam strategi pembangunan nasional Indonesia merupakan komponen yang sangat penting. Untuk menyukseskan diperlukan kerja sama yang erat antara keluarga, masyarakat, dn pemerintah, sebagai tiga serangkai penanggung jawab pendidikan (Tri Tunggal Pendidikan).
Dengan memperhatikan sasaran pokok pendidikan, yaitu anak didik pada semua jenjang kependidikan yang masih berada dalam proses pertumbuhan dan perkembangan, maka, agar proses perkembangan/ pertumbuhan mereka dapat mencapai titik optimal yang berkualitas diperlukan bantuan ahli-ahli kependidikan, dan pendidik serta pembimbing yang mau memahami dan mendalami jiwa dan kecenderungan-kecenderungan perkembangan anak didik. Berikut akan dibahas mengenai peranan agama dalam bimbingan dan penyuluhan.

B. PEMBAHASAN

Program bimbingan penyuluhan agama merupakan penunjang bagi pelaksanaan program pendidikan disekolah, terutama pendidikan agama. Melalui peningkatan pelaksanaan program bimbingan dan penyuluhan agama, program pendidikan/pengajaran di sekolah dan luar sekolah akan lebih lancar pelaksanaannya, karena:
a. Bimbingan dan penyuluhan agama mengungkapkan kemampuan dasar mental spiritual dan agama pribadi anak untuk diaktualisasikan dan difungsikan menjadi tenaga pendorong (motivator) bagi peningkatan proses kegiatan belajar mengajar anak didik.
b. Bimbingan dan penyuluhan agama berusaha meletakkan kemampuan mental spiritual tersebut sebagai benteng pribadi anak didik dalam menghadapi tantangan rongrongan dari luar dirinya, baik yang berbentuk mental maupun yang berbentuk material (kebendaan).
c. Bimbingan dan penyuluhan agama berusaha mencerahkan kehidupan batin sehingga segala kesulitan yang dihadapi akan mudah di atasi dengan kemampuan nmental rohani nyang cerah tersebut.
d. Bimbingan dan penyuluhan agama berusaha menanamkan sikap dan orientasi kepada hubungan dalam empat arah, yaitu dengan Tuhannya dengan masyarakatnya, dengan alam sekitarnya dan dengan dirinya sendiri, sehigga menjadi pola hidup yang bersendikan nilai-nilai agama.

Kita menyadari bahwa dalam masyarakat modern saat ini bermunculan masalah-masalah sosial dan perkembangan ilmu dan tekhnologi yang besar dampaknya atau pengaruhnya terhadapnkehidupan remaja/anak didik kita, baik bersifat negatif ataupun positif, maka bimbingan dan penyuluhan agama aemakin diperlukan untuk meyukseskan program pendidikan disekolah dan diluar sekolah.


1. Guru Agama Sebagai Pendidik dan pembimbing

Tugas dan fungsi guru dalam proses kependidikan di sekolah (madrasah)tidak hanya sebagai pengajar ilmu pengetahuan semata-mata melainkan juga bertugas sebagai pendidik dan pembimbing atau counselor.
Bagi guru agama, karena tugas pokoknya mendidik dan mengajarkan pengetahuan agama dan menginternalisasikan serta mentransformasikan nilai-nilai agama kedalam pribadi anak didik yang tekanan utamanya adalah mengubah sikap dan mental anak didik ke arah beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta mampu mengamalkan ajaran agama, maka secara built-in, ia adalah pembimbing atau counselor hidup keagamaan anak didik. Tugas guru agamayang sekaligus menjadi counselor memang lebih berat dibanding dengan seorang guru umum yang berfungsi juga sebagai counselor bidang nonagama.
Guru agama dipandang oleh murid-muridnya sebagai pembawa norma agama yang diajarkan di sekolah dan juga dipandang oleh lingkungan masyarakatnya sebagai tokoh (pemuka) agama yang mencerminkan norma-norma ajaran agamanya ditengah hidup masyarakat (lingkungan) sekitar. Dimanapun berada ia menjadi panutan dibidang nilai-nilai hidup keagamaan.
Perkembangan jiwa agama pada anak didik saat dibimbing oleh seorang guru agama, dapat mengetahui dan mengenal ciri-ciri dan dinamika yang tersembunyi di dalam diri tiap-tiap anak didik yang beragama. Maka anak didik akan dengan sendirinya mempunyai kecenderungan kepada hidup dalam aturan-aturan agama, akan terbiasa menjalankan ibadah, takut melangkahi larangan-larangan agama dan dapat merasakan betapa nikmatnya hidup beragama.
Karena guru agama adalah pusat kehidupan rohani anak didik disekolah dan sebagai penyebab berkenalannya dengan alam luar, maka reaksi emosi anak didik dan pemikirannya kelak , terpengaruh oleh sikapnya terhadap bimbingan yang diberikan seorang guru agama.
Perasaan si anak didik terhadap guru agama, sebenarnya sangat kompleks, ia adalah campuran dari bermacam-macam emosi dan dorongan yang selalu melakukan interaksi, pertentangan ataupun kekaguman dan penghargaan. Pelatihan-pelatihan keagamaan yang diberikan dapat menumbuhkan nilai-nilai dan rasa aman. jadi guru agama mempunyai tugas yang cukup berat, yaitu ikut membina pribadi anak disamping mengajarkan pengetahuan agama kepada anak. Guru agama juga harus memperbaiki pribadi anak yang telah terlanjur rusak, karena pendidikan dalam keluarga
Guru agama harus membawa anak didik semuanya kepada arah pembinaan pribadi yang sehat dan baik. Setiap guru agama harus menyadari, bahwa segala sesuatu pada dirinya akan merupakan unsur pembinaan bagi anak didik. Disamping pendidikan dan pengajaran yang dilaksanakan dengan sengaja oleh guru agama dalam pembinaan anak didik, juga yang sangat penting dan menentukan pula adalah kepribadian, sikap dan cara hidup guru itu sendiri, bahkan cara berpakaian, cara bergaul, berbicara, dan menghadapi setiap masalah, yang secara langsung tidak tampak pembinaan pribadi si anak, hal-hal itu sangat berpengaruh.

Dalam menjalankan tugasnya tersebut maka dibutuhkan adanya syarat-syarat tertentu diantaranya:
a. Memiliki pribadi mukmin, muslim dan muhsin
b. Taat untuk menjalankan agama (menjalankan syariat Islam, dapat memberi contoh tauladan yang baik anak didik yang sedang dalam bimbingannya).
c. Memiliki jiwa pendidik dan rasa kasih sayang kepada anak didik yang sedang dalam bimbingannya dan ikhlas jiwanya.
d. Mengetahui dasar-dasar ilmu pengetahuan tentang keguruan, terutama Didaktik dan Methodik.
e. Menguasai ilmu pengetahuan agama
f. Tidak mempunyai cacat rohaniyah danm jasmaniyah dalam dirinya.
g. Guru agama harus zuhud, yakni ihlas dan bukan semata-mata bersifat materialis
h. Bersih jasmani dan rohani, dalam berpakaian rapi dan bersih, dalam akhlaknya juga baik
i. Bersifat pemaaf, sabar, dan pandai menahan diri
j. Seorang guru pembimbing harus terlebih dahulu merupakan seorang bapak/ibu sebelum ia menjadi seorang guru (cinta kepada murid-muridnya seperti anaknya sendiri)
k. Mengetahui tabiat dan tingkat berfikir anak.


2. Sistem Pendekatan Dari Tugas Dan Fungsi Bimbingan Dan Penyuluhan
Sistem pendekatan pendidikan agama berupa kegiatan, pengetahuan dan pengalaman yang dengan sengaja dan sistematis diberikan kepada anak didik dalam rangka mencapai tujuan pendidikan agama. Dimana semua pengetahuan, aktifitas (kegiatan-kegiatan) dan juga pengalaman-pengalaman yang dengan sengaja dan secara sistemtis diberikan oleh pendidik kepada anak didik dalam rangka mencapai tujuan pendidikan agama. dalam sistem pendekatan dari segi tugas harus memperhatikan faktor-faktor antara lain:
1). Penyesuaian dengan tujuan pendidikan agama (Perumusan tujuan secara tegas)
2). Penyesuaiannya dengan tingkat usia, tingkat perkembangan anak dan kemampuan anak didik.
Adapun tujuan pendidik serta pembimbing agama ialah;
1. Mengajarkan serta mengadakan bimbingan ilmu pengetahuan agama Islam
2. Menanamkan keimanan dalam jiwa anak
3. Mendidik anak agar taat menjalankan agama
4. Mendidik anak agar berbudi pekerti yang mulia.


Dari uraian diatas terdapat beberapa pendekatan dari tugas dan fungsi bimbingan dan penyuluhan diantaranya adalah:

a. Pendekatan dari segi sosio kultural

Menurut Parcival W. Hutsan, salah seorang guru besar pendidikan Universitas Pittburg, Amerika Serikat berpendapat bahwa pekerjaan counseling tidak dapat dilksanakan dalam masyarakt yang vacum. Oleh karena itu, setiap kegiatan counseling dan tiap program bimbingan sellu dalam suatu iklim sosial tertentu. Pelaksanaan tugas guidance dan counseling harus memperhitungkan kekuatan-kekuatan sosial, yang harus disadari dengan psikologi sosial. Dapat disimpulkan bahwa tugas guidance counselormenurut pandnagan diatas adalah melalukan bimbingan terhadap anak bimbing sebagai anggota masyarakat agar mampu melakukan penyesuaian diri dengan perubahan nilai-nilai sosial kultural dalam kehidupan masyarakat. Penyesuaian diri terhadap kondisi sosial kultural dari anak bimbing tersebut harus berlangsung secara bertahap dan terarah sehingga tidak menimbulkan schock mental mereka. Manifestasi dari schock mental karena pengaruh perubahan sosial, dapat mendorong anak kearah kenakalan (deliqunency) yang mengakibatkan gangguan terhadap kegiatan belajar mereka disekolah dan diluar sekolah.
Konflik tentang nilai yang benar dan yang salh dalam pribadi anak bimbing senantiasa mengganggu perkembangan kecerdasan dan perasaan mereka, akibat mereka menyaksikan penerapan nilai-nilai dalam kehidupan sehari-hari yang bertentangan dengan teori yang mereka pelajari.
Antara kenyataan (das sein) dengan yang seharusnya (das sollen) terdapat kesenjangan yang semakin lebar. Konflik batin inilah yang dapat menimbulkan ketidakpercayaan terhadap ajaran agama, kemudian timbul kecenderungan mencari-cari nilai yang diyakini kebenarannya yang belum tentu benar, karena hanya diukur dengan seleranya. Jadi, dilihat dari segi pendekatan ini, tugas dan fungsi guidance counselor adalah sebagai social self-adjustive guidance counselor (pembimbingdan penyuluh yang membimbing anak ke arah kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan harapan masyarakatnya).

b. Pendekatan dari segi edukatif

Dari segi pendekatn edukatif ini, seorang counselor (pembimbing) mempunyai tugas yang cukup beratyang menurut pandangan Gilbert Wrenn, seorang ahli bimbingan dan counseling Universitas Negeri Arizona, Amerika Serikat, harus memiliki kriteria sebagai berikut:
• Seorang counselor sekolah adalah pendidik yang mendapat pendidikan/latihan profesional sekurang-kurangnya berijazah Master of Art atau doktor.
• Seorang counselor adalah seorang generalis (yang pengetahuannya luas tetapi tidak mendalam) tentang sejumlah fungsi sekolah, tetapi juga bisa sseorang spesialis dalam salah satu bentuk pelayanan yang khusus.
• Klien dari counselor di sekolah meliputi guru-guru, orang tua murid, administrator, dan siswa itu sendiri.
• Keterampilan counselor sekolah jangan hanya terbatas pada kegiatan hubungan dengan klien, orang tua, administrator, dan sebagainya, tetapi yang lebih esensial adalah bekerja secara efektif dengan group (kelompok) siswa.
• Counselor harus lebih banyak memperhatikan kebutuhan pertumbuhan siswa yang normal dan terhadap perkembangan kepribadian siswa yang normal terhadap krisis karena timbulnya problem.
• Counselor sekolah harus memiliki tingkat kedalaman dan kematangan psikologis, sesuai dengan harapn siswa (anak bimbing), para guru, administrator, dan orang tua siswa. Tingkat kedalaman dan kematangan psikologis tersebut sesuai dengan pendidikan professional dan pengembangan kariernya lebih lanjut.

c. Pendekatan dari segi Agama

Pendekatan dari segi agama (Islam), pendektn ini telah berorientasi kepada kekuatan iman seseorang yang menurut pandangan agama menjdi sentralnya tenaga penggerak atau motivasi dalam tingkah laku sehari-hari. Oleh karena itu, daya kekuatan iman seseorang perlu counseling. Sebagai contoh, Dr. Carl Gustav Jung, salah seorang dokter jiwa Swiss yang berpengalaman dalam proses penyembuhan pasien-pasiennya yang menderita penyakit jiwa disebabkan oleh cahaya dari keimanan dari nilai keagamaan telah lenyap dari dalam pribadi mereka . Penyembuhannya tidak dapat diperoleh kecuali jika mereka mendapatkan kembali cahaya keimanan dari nilai-nilai keagamaannya. Pengalaman C.G. Jung tersebut membuktikan bahwa antara penyakit dengan kedalamn hidup keagamaan seseorang terdapat korelasi positif.

C. KESIMPULAN

Dari apa yang telah di uraikan diatas dapat menyimpulkan bahwa seorang Counselor (Pembimbing) bertugas melaksanakan kegiatan-kegiatannya adalah sebagai berikut:
1. Bekerja sama dengan murid
2. Bekerja sama dengan orang tua murid
3. Bekerja sama dengan rekan-rekan seprofesi dan msyarakat
4. Melakukan promosi dan hubungan dengan orang lain bagi kepentingan anak bimbingnya.
Keempat tugas tersebut menunjukkan bahwa pekerjaan counselor selalu berkaitan dengan kepentingan hidup orang lain, baik kepentingan anak bimbing maupun anggota masyarakat yang memerlukan bantuannya.
Jiwa sosial dan dedikatif amat diperlukan oleh seorang counselor terutama counselor bidang pendidikan remaja, seolah-olah diri pribadinya bgaikan lilin yang menyal dengan api yang menerangi hidup orang lain, sedangkan dirinya sendiri (mengikhlaskan diri) meleleh dalam panasnya api itu sendiri. Perumpamaannya itu terlalu ideal, yang tidak mudah diterpkan oleh Counselor dalam kenyataan hidupnya. Yang jelas, counselor adalah jabatan pengabdian kepada orang.

Daftar Pustaka

Darazat, Zakiah, Dr.,Prof., Ilmu Jiwa Agama,(Jakarta: Bulan-Bintang, 1984).
Umar M. H. Drs., Sartono Drs., Bimbingan dan Penyuluhan, (Bandung: CV Pustaka Setia, 1998)
Zuhairini H. Dra., Abdul Ghofir, Abdul, Drs., Yusuf Slamet As.,Drs. Methodik Khusus Pendidikan Agama, (Surabaya: Usaha Nasional, 1981), h. 33-34

PENDIDIKAN AKHLAK ANAK DILINGKUNGAN KELUARGA MENURUT IMAM AL-GHAZALI

PENDIDIKAN AKHLAK ANAK DILINGKUNGAN KELUARGA
MENURUT IMAM AL-GHAZALI
Oleh: Pia Khoirotun Nisa. S.Sos.I., S.Pd.I.

Dalam menguraikan pokok bahasan pendidikan akhlak anak dilingkungan keluarga menurut Imam al-Ghazali, penulis akan membaginya dalam beberapa sub bahasan. Sebagai salah satu ulama Hujjatul Islam yang telah lama dalam mengabdikan diri pada gelombang pendidikan. Beranjak dari pendidikan akhlak menurut pandangan Imam al-Ghazali, penulis akan membagi pokok bahasan ini adalah sebagai berikut: Gagasan Imam al-Ghazali tentang pendidikan akhlak dan Metode pendidikan akhlak dilingkungan keluarga menurut Imam al-Ghazali.

A. Gagasan Imam Al-Ghazali Tentang Pendidikan Akhlak
Suatu bidang ilmu pengetahuan yang paling banyak mendapat perhatian, pengkajian dan penelitian oleh Imam al-Ghazali adalah lapangan ilmu akhlak (tazkiatu an-Nafs wa ar-Ruh) karena banyak berkaitan dengan perilaku manusia, sehingga setiap kitab-kitanya yang meliputi berbagai bidang selalu ada hubungan dengan materi akhlak dan pembentukan jiwa serta budi pekerti manusia.
Imam al-Ghazali memang begitu besar sekaligus usahanya yang tak pernah berhenti untuk mengarahkan kehidupan manusia menjadi berakhlak, bermoral. Imam al-Ghazali menyelidiki bidang ilmu akhlak ini, dengan berbagai macam metode, antara lain; dengan pengamatan yang teliti, pengalaman yang mendalam, penguji cobaan yang matang terhadap semua manusia dalam berbagai lapisan masyarakat. Oleh karena itu gagasan mengenai pendidikan akhlak (tazkiatun an-Nafs wa ar-Ruh) sangat luas dan mendalam, sebagian dari pemikiran Imam al-Ghazali di bidang akhlak penulis ungkap sebagai berikut:
أن الإعتدال في الأخلاق هو صحة النفس والميل عن الإعتدال سقم ز مرض منها كما أن الإعتدال في مزاج البدن هو صحة له. فتقول مثال النفس في علاجها يمحوالرذائل والأخلاق الرديئة عنها و جاب الفضائل والأخلاق الجميلة إليها.

Artinya:…”Bahwa kebaikan budi pekerti, adalah sehatnya jiwa, miring dari budi pekerti itu bencana dan menjadi penyakit jiwa, sebagaimana baiknya sifat tubuh, adalah menjadi tubuh. Maka baiklah badan manusia kita ambil menjdi contoh. maka kami mengatakan, bahwa seperti jiwa manusia pengobatannya adalah dengan menghilangkan semua perilaku jelek dan akhlak yang rendah dari jiwa. Dan melakukan segala sifat keutamaan dan akhlak yang baik pada jiwa.”

Lebih lanjut Imam al-Ghazali mengemukakan:
إعلم أن الطريق في رياضة الصبيان من أهم الأمور وأوكدها والصبي أمانة عند والدين وقلبه الطاهر جوهرة نفسية سادجة خالية عن كل نفس و صورة وهو قابلة لكل ما نفش مائل إلي كلما بمال به إليه ونعود الخير وعلمه نشأ عليه وسعد في الدنيا والأخرة.
Artinya: ...”Ketahuilah kiranya, bahwasanya melatih anak-anak itu termasuk dari urusan yang sangat penting dan termasuk urusan yang sangat kuat perlunya. Karena anak-anak kecil itu menjadi amanat bagi kedua orang tuanya. Hatinya yang suci adalah sebagai mutiara yang indah, halus, sunyi dari setiap lukisan dan ia condong pada setiap sesuatu yang dicondongkan kepadanya. Maka jikalau anak itu dibiasakan kepada kebaikan dan diajarkan kepada kebaikan, niscaya ia tumbuh pada kebaikan dan ia berbahagia di dunia dan akhirat.”

Gagasan tentang akhlak menurut Imam al-Ghazali, adalah sebagai berikut:
الخلق عبارة عن هيئة في النفس راسخة عنها نصدرالأفعال بسهولة و يسر من غير حاجة إلي فكر وروية فإن كانت الهيئة حيث تصدر عنها الأفعال الجميلة المحمودة عقلا و و شرعا وماحيث تلك الهيئة خلقا حسنا وإن كان الصادرعنهما الأفعال القبيحة سميت التي هي المصدر خلقا سيئا

Artinya: ...” Al-Khuluk adalah ibarat perilaku yang tetap dan meresap dalam jiwa, dari padanya tumbuh perbuatan-perbuatan dengan wajar dan mudah, tanpa padanya tumbuh perbuatan-perbuatan dengan wajar dan mudah, tanpa memerlukan pikiran dan pertimbangan. Maka apabila keadaan yang muncul itu perbuatan baik-baik dan terpuji secara akal dan syara’, maka itu disebut budi pekerti yang baik. Dan apabila perbuatan-perbuatan yang muncul dari keadaan yang buruk, maka menjadi tempat munculnya perbuatan-perbuatn buruk itu disebut budi pekerti buruk.”

Dari gagasan di atas, penulis dapat mengambil suatu kesimpulan bahwa adalaha merupakan sikap yang tertanam dalam jiwa yang melahirkan perbuatan-perbuatan tertentu secara spontan dan konstan. Perbuatan seseorang dapat dikatakan sebagai akhlaknya jika melakukan perbuatan-perbuatan berdasarkan kepada:
1. Perbuatan itu harus spontan dan konstan, yaitu dilakukan berulang kali, dalam bentuk yang sama sehingga dapat menjadi adat kebiasaan.
2. Perbuatan yang spontan dan konstan itu harus tumbuh dengan mudah sebagai wujud refleksif dari jiwanya tanpa pertimbangan dan pemikiran, yakni bukan adanya tekanan dari orang lain.
3. Antara dorongan jiwa dengan saat melakukannya bersifat spontanitas, karena telah terbiasa, bukan karena pertimbangan untung dan rugi.
Kemudian gagasan Imam al-Ghazali tersebut di atas juga mengemukakan norma-norma kebaikan dan keburukan akhlak dilihat dari pandangan akal pikiran dan syari’at agama Islam. Akhlak yang sesuai dengan akal pikiran dan syari’at dinamakan akhlak mulia dan baik, sebaliknya akhlak yang tidak sesuai dengan akal pikiran dan syari’at dinamakan akhlak tercela dan buruk, yang hanya menyesatkan manusia.
Ajaran akhlak menemukan bentuknya yang sempurna pada agama Islam dengan titik pangkalnya pada tuhan dan akal manusia. Adalah amat jelas bahwa dalam al-Qur’an terdapat banyak ayat-ayat yang mengandung pokok-poko akidah keagamaan, keutamaan akhlak dan prinsip-prinsip perbuatan.
Perhatian ajaran Islam terhadap pembinaan akhlak lebih lanjut dapat dilihat dari kandungan al-Qur’an yang banyak sekali berkaitan dengan perintah untuk melakukan kebaikan, berbuat adil, menyuruh berbuat baik dan mencegah melakukan kejahatan dan kemunkaran. Sebagaimana firman Allah berikut ini:
إن الله يأمر بالعدل والإحسان وإيتاء ذي القربى وينهى عن الفحشاء والمنكر والبغي يعظكم لعلكم تذكرون

Artinya:”Sesungguhnya Allah menyuruh kamu berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemunkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran.” (QS: al –Nahl, 16:90)

من عمل صالحا من ذكر أو أنثى وهو مؤمن فلنحيينه حياة طيبة ولنجزينهم أجرهم بأحسن ما كانوا يعملون

Artinya:”Barang siapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan kami berikan kehidupan yang baik dan sesungguhnya. Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.” (QS: al:Nahl, 16:97)

Oleh karena itu Imam al-Ghazali mengibaratkan akhlak yang baik itu dengan keindahan bentuk lahir manusia, yaitu kesempurnaan bentuk lahir bukan hanya dengan indahnya dua biji mata tetapi adanya hidung, mulut dan pipi bahkan seluruhnya harus baik, sehingga menjadi sempurna dan keindahan lahir itu secara mutlak.
Dalam hal ini Imam al-Ghazali mengatakan:
فذلك في الباطن أربعة أركان لابد من الحسن في جميعها حتي يتم حسن الخلق فإذا استوت الأركان الأربعة واعتدت وتناسبت حصل الخلق وهو قوة العلم وقوة الغضب وقوة الشهواة وقوة العدل بين هذه القوي الثلا ث

Artinya:”Maka demikian pula keindahan batin itu ada empat rukun yang harus baik seluruhnya. Jika keempat bagian telah tegak, seimbang dan serasi paduannya, maka akan terwujudlah budi pekerti yang baik. Keempat rukun itu adalah kekuatan ilmu, kekuatan godhob, kekuatan syahwat dan kekuatan adil berada diantara tiga kekuatan tersebut.”

Gagasan Imam al-Ghazali tentang akhlak tersebut menyangkut empat unsur pokok yang ada dalam keindahan batin, sebagaimana yang tertera diatas, jelaslah fungsi keempat unsur tersebut dengan diberikannya ibarat-ibarat dan contoh-contoh yang nyata, membimbing individu agar berusaha mencapai seimbang dan terpadu dari unsur-unsur itu, supaya menjadi sempurna budi pekertinya secara penuh.
Akhlak manusia yang ideal dan mungkin dapat dicapai dengan usaha pendidikan dan pembinaan yang sungguh-sungguh ialah terwujudnya keseimbangan. Akan tetapi ada manusia yang dapat mencapai keseimbangan empat unsur akhlak tersebut, kecuali Rasulullah SAW, karena beliau sendiri ditugaskan oleh Allah SWT untuk meyempurnakan akhlak manusia, karenanya beliau sendirilah yang sempurna akhlaknya.
Dalam pandangan Imam al-Ghazali, bahwa tujuan (ahdaf) Pendidikan Islam yang utama adalah menjaga kesucian fitrah manusia dan melindunginya agar tidak jatuh ke dalam penyimpangan serta mewujudkan penghambaan dirinya kepada Allah SWT. Yang demikian itu adalah karena Allah menciptakan manusia bertujuan untuk beribadah kepada-Nya, sebagaimana firman-Nya:
وما خلقت الجن والإنس إلا ليعبدون

Artinya:…”Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia kecuali agar mereka menyembah kepada-Ku.”(Adz-Dzariyat, 51-56)

Tujuan yang hendak direalisasikan oleh kerja tarbiyah adalah sesuatu yang utama dan agung, karena ia adalah hal yang sangat dicintai Allah SWT. dan manusia itu tidak diciptakan kecuali untuk sesuatu yang dicintai dan diperintahkan-Nya, yaitu supaya beribadah kepada-Nya. Berikut ini akan dikemukakan beberapa tujuan pendidikan akhlak menurut pandangan Imam al-Ghazali, yaitu:
1. Membentuk manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT, karena orang yang memiliki keimanan yang tinggi dan ketaqwaan akan senantiasa dekat dengan Allah. Mereka beriman dan bertakwa, dengan melakukan perintah Allah dan menjauhi segala larangan-Nya, dengan penuh keikhlasan akan senantiasa dekat dengan-Nya.
2. Memiliki ilmu pengetahuan dan mengamalkannya bagi kesejahteraan umat Manusia. Al-Ghazali mengumpamakan orang yang memiliki ilmu dan menyadarinya sehingga ia mengamalkan ilmu itu sebagai orang yang yang agung di alam malakut, ia bagaikan matahari yang menyinari alam di sekitarnya dan ia memancarkan sinar dari dirinya sendiri, orang itu bagaikan farfum misk (kesturi) yang menebarkan keharuman disekelilingnya, sedang ia sendiri memiliki bau harum.
3. Mencapai kelejatan ilmiah
Sebagai tujuan dari pendidikan adalah untuk ilmu pengetahuan itu sendiri. Mengenai hal hal ini ia menyatakan bahwa bila seseorang mengadakan penelitian dan penalaran terhadap ilmu pengetahuan, maka ia akan menjumpai kenikmatan dan kelezatan padanya. kenikmatan dan kelezatan padanya. Kenikmatan dan kelezatan padanya. Kenikmatan dan kelezatan yang dimaksud disini adalah kenikmatan dan kelezatan intelektual, sehingga dapat menumbuhkan kecintaan mendalam terhadap ilmu, dan mendalaminya dengan penuh semangat dan kesungguhan.
4. Membentuk keluhuran akhlak dan budi pekerti, al-Ghazali mengarahkan pendidikannya pada pembentukan akhlak yang qur’ani dan budi pekerti yang luhur. Imam al-Ghazali menyarankan kepada setiap penuntut ilmu dan para ulam tidak diperkenankan mencari ilmu dengan tujuan memperoleh jabatan, meraih harta untuk bermegah-megahan di hadapan orang banyak.
5. Memperoleh kebahagiaan di dunia dan akhirat. Memperoleh kebahagiaan masa kinidan masa yang akan datang,merupakan dambaan semua manusia. Imam al-Ghazali mengatakan, bahwa kedudukan yang paling agung bagi seorang manusia adalah kebahagiaan abadi. Karena itu di jalan untuk mencapainya harus dengan ilmu dan amal.
6. Merehabilitasi akhlak umat yang telah rusak, agar menjadi baik kembali. Memperbaiki berbagai kerusakan lain ditengah-tengah masyarakat, mengarahkan mereka dari kegelapan menuju cahaya dan dari keburukan menuju kebaikan.
7. Menanamkan persaudaraan, kasih sayang sesama umat manusia dan menjaga kelestarian alam semesta. Dalam berbagai kajian Imam al-Ghazali menjelaskan pentingnya menanamkan persaudaraa, kasih sayang terhadap makhluk. kajian itu disebutkan dalam berbagai penjelasan yang cukup panjang lebar, di antaranya dalam bab kasih sayang, persaudaraan dan pengenalan, serta hubungan dengan sesama makhluk.
Jelaslah dapat penulis simpulkan bahwa ibadah yang baik kepada Allah subhanahu wa ta’ala adalah ibadah yang memiliki dampak baik terhadap akhlak, dan pendidikan akhlak yang baik adalah pendidikan yang mampu menumbuhkan sikap penghambaan/peribadahan kepada Allah dengan sempurna dan dengan cara yang paling baik dan memperoleh kebahagiaan yang hakiki (al-sa’adat al-haqiqiyat)..
Pendidikan akhlak yang ditekankan pada pembiasaan, keteladanan, dan latihan yang dilakukan sejak kecil akan menghasilkan perilaku yang ahlaqi. Karena perbuatan baik dan dibiasakan itu akan mendarah daging, mempribadi, dan dengan mudah dapat dilakukan.
Fathiyah Hasan Sulaiman mengemukakan bahwa: Pandangan Imam al-Ghazali tentang pendidikan akhlak, seperti mengarahkan perangai anak, sangat kokoh. Di dalam bukunya, dia sering menerangkan bahwa proses pendidikan merupakan proses interaksi antara fitrah dengan lingkungan. Dia mengkritik orang-orang yang berpandangan bahwa tabi’at manusia tidak dapat diubah. Dikatakannya, bahwa mereka itu adalah orang-orang yang malas. Mereka memandang proses pendidikan dan memperbaiki akhlak anak-anak sangat sulit. Mereka mengemukakan dalil bahwa penciptaan atau bentuk lahir manusia itu tidak mungkin dapat diubah. Tidak mungkin orang yang berbadan tinggi dapat dipendekan, dn orang yang jelek dapat dijadikan tampan dan cantik.

Dari keterangan tersebut di atas, Imam al-Ghazali berpendapat jika tabi’at manusia itu tidak mungkin diubah, maka sudah barang tentu nasihat dan petunjuk bahkan pendidikan secara umum akan sia-sia belaka. Betapa kuatnya pandangan Imam al-Ghazali tentang kemungkinan pendidikan seperti memperbaiki, menyempurnakan dan mendidik akhlak individu dan mensucikan jiwa mereka.
Lebih lanjut Fathiyah mengemukakan: Dengan latihan, tabi’at binatangpun bisa diubah, sehingga binatang yang buas menjadi jinak, apalagi manusia. Tabi’at manusia lebih memungkinkan dan lebih mudah diubah dan dibina.
Oleh karena itu Imam al-Ghazali berpendapat bahwa cara yang terbaik untuk memiliki budi pekerti yang utama adalah dengan melalui asuhan dan latihn-latihan melaksanakan sifat-sifat yang baik. Anak-anak dilatih dan dibiasakan membantu orang tua, membantu orang lemah dan menolong masyarakat. Mereka dibawa mengunjungi perkampungan atau tempat-tempat orang miskin, orang-orang ditimpa bahaya alam, tanah longsor, banjir, dan dibawa kepanti-panti asuhan, ke rumah jompo dan ke rumah sakit. Mereka dilatih menyerahkan oleh-oleh yang telah disediakan. Apabila kerendahan hati hendak ditanam dan diterapkan di jiwa yang angkuh, biasakan mengerjakan pekerjaan yang berlumpur dan kotor. Misalnya menyapu jalan, membersihkan sluran air, pekarangan, mesjid, gedung sekolah. Pada malam hari mereka dibawa tidur di masjid atau di mushala, tanpa kasur dan tanpa bantal. Pada mulanya mereka akan sangat kaget, tetapi berkat latihan dan asuhan yang berulang-ulang mereka sendiri merasa senang, tabah dan hilanglah perasaan sombong dan angkuh.
Imam al-Ghazali menganjurkan sifat angkuh dan sifat buruk dilenyapkan dari seseorang dengan latihan-latihan dan prktek yang bertentangan. Imam al-Ghazali menetapkan bahwa budi pekerti dapat diubah melalui asuhan dan latihan-latihan. Kalau tidak demikian apalah artinya ajaran-ajaran Qur’an dan Hadits-hadits Rasul beserta tabligh-tabligh dan khutbah-khutbah. Binatang-binatang seperti anjing dan kuda dapat dijinakan dan dihajar, terlebih lagi anak cucu Adam, demikian kata Imam al-Ghazali.
Keyakinan Imam al-Ghazali dalam meluruskan karakter dan mendidik akhlak melalui budi pekerti adalah kuat sekali. Dengan kata lain aqidah Imam al-Ghazali tentang sesuatu yang dapat diperbuat oleh pendidikan, seperti memperbaiki, menyempurnakan dan mendidik moral dan mensucikan mereka.
Imam al-Ghazali mengatakan:
Apabila anak itu dibiasakan untuk mengamalkan amal yang baik, diberi pendidikan kearah itu, pastilah ia akan tumbuh diatas kebaikan tadi akibat positifnya ia akan selamat sentosa di dunia dan akhirat. Kedua orang tuanya dan semua pendidik, pengajar serta pengasuhnya ikut serta memperoleh pahalanya. Sebaliknya jika anak itu sejak kecil sudah dibiasakan mengerjakan keburukan dan dibiarkan begitu saja tanpa dihiraukan pendidikan dan pengajarannya, yakni sebagaimana halnya seorang yang memelihara binatang, maka akibatnya anak itupun akan celaka dan rusak binasa akhlaknya, sedang dosanya yang utama tentulah dipikulkan kepada orang tuanya, atau pendidiknya yang bertanggung jawab untuk memelihara dan mengasuhnya.

Dari pendapat tersebut diatas, maka terhadap pembiasaan tersebut dimaksudkan agar dimensi-dimensi jasmaniah dari kepribadian individu anak dapat terbentuk dengan memberikan kecakapan berbuat dan berbicara. Tahap pembinaan ini menjadi dasar dan sebagai persiapan untuk kehidupan dan perkembangan kepribadian anak di masa yang akan datang.
Menurut Zakiah Darajat:
Perkembangan agama pada masa anak, terjadi melalui pengalaman hidupnya sejak kecil, dalam keluarga, sekolah dan dalam masyarakat lingkungan. Semakin banyak pengalaman yng bersifat agama, (sesuai dengan ajaran agama), akan semakin banyak unsur agama dalam pribadi anak. Apabila pribadinya banyak unsur agama, maka sikap, tindakan kelakuan, kelakuan dan caranya menghadapi hidup akan sesuai dengan ajaran agama.

Penulis dapat menyimpulkan bahwa pengalaman-pengalaman yang dilalui sejak kecil tersebut, bahkan sejak dalam kandungan, merupakan unsur-unsur yang akan menjadi bagian dari kepribadiannya di kemudian hari. Oleh karena itu pembiasaan-pembiasaan dan latihan-latihan yang merupakan pengalaman bagi anak sejak kecilnya, akan menjadi unsur yang penting dalam pribadinya dan mempunyai pengaruh yang mendalam terhadap kehidupan kelak, karena kepribadiannya itu terbentuk sejak kecil.
Sebagaimana di sebutkan Imam al-Ghazali dalam Kitab Ihya Ulumuddin Juz III, sebagai berikut:
وجمع بعضهم علمات حسن الخلق فقال : هو أن يكون كثيرا الحباء قليل الأذي كثيرا العمل الزلل قليل الفضول برواصولا وقورا صبورا شكورا رضيا حليما رفيقا عفيفا شفيقا لا لعنا ولا سباب ولا غماولا مغتابا ولا عجولا ولا حقودا ولا حسودا بشاشايحب في الله ويرضي في الله ويغضب في الله فهذا هو حسن الخلق

Artinya:…”Sebahagian dari mereka ada yang mengumpulkan tanda-tanda kebaikan akhlak, lalu ia mengatakan: “Orang baik itu adalah yang banyak malu, sedikit menyakiti orang, banyak berbuat baik, benar lidahnya, sedikit berbicara dan banyak bekerja, sedikit tergelincirnya, sedikit hal-hal yang tidak perlunya, berbuat kebaikan, banyak silaturrahminya, lemah lembut, banyak sabarnya, banyak terimaksahnya, rela kepada barang yang telah ada, dapat mengendalikan diri ketika marah, banyak kasih sayangnya, dapat menjaga diri dan murah hati kepada fakir dan miskin, tidak mengutuk orang lain, tidak suka memaki-maki, tidaksuka mengadu domba, tidak mencari-cari kesalahan orang lain, tidak tergesa-gesa dalam pekerjaan, tidak pendengki, tidak kikir, tidak ahli hasud, manis muka, bagus lidah, cinta karena Allah, benci karena Allah, rela karena Allah, dan marah krena Allah maka mereka itulah yang baik akhlaknya.”

Dari gagasan akhlak Imam al-Ghazali diatas dapat penulis simpulkan bahwa banyak hal-hal yang berkaitan dengan pendidikan akhlak yang perlu diajarkan kepada anak-anak selain yang telah disebutkan pada pembahasan tersebut diatas. Seperti dianjurkannya menjaga kebersihan lingkungan sekitarnya dalam rangka meningkatkan kesehatan. Kemudian mendidik agar anak-anak jangan terlampau banyak bicara yang tidak perlu, anak-anak dilarang berkata kotor, terlebih lagi menyakiti orang lain. Imam al-Ghazali menasihatkan agar anak-anak berlatih berbicara seperlunya, cukup untuk mengutarakan isi hati dan untuk berkomunikasi dengan orang sekitarnya, bukan untuk menghambur-hamburkan waktu yang tidak ada manfaatnya.
Berdasarkan gagasan diatas, jelaslah bahwa gagasan Imam al-Ghazali tentang akhlak anak tersebut merupakan pembinaan pribadi dengan menanamkan dan membina nilai-nilai kemasyarakatan, kesusilaan dan keagamaan yang terpadu, sehingga terwujud pula sikap, mental, akhlak yang terpuji.

B. Metode Pendidikan Akhlak Anak dilingkungan Keluarga Menurut Imam al-Ghazali
Akhlak adalah termasuk permasalahan terpenting dalam kehidupan ini. Tingkatannya berada setelah iman. Kita beriman dan beribadah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala adalah antara hamba dan Tuhannya, atau hubungan antara makhluk dengan khaliknya. Sedangkan akhlak selain hubungan antara hamba dengan Tuhannya, adalah hubungan dalam bermu’amalah dan bermusyarokah antara sesama manusia, juga mengatur hubungan manusia dengan segala yang terdapat dalam wujud dan kehidupan.
Akhlak menurut pengertian Islam adalah merupakan salah satu hasil dari implementasi iman dan ibadah, bahwa iman dan ibadah manusia tidak sempurna kecuali pada akhirnya ia akan menghasilkan akhlak yang mulia dan mu’amalah yang baik terhadap Allah sebagai khaliknya dan juga terhadap sesama makhluk. Seseorang tidaklah sempurna imannya terhadap Allah Subhanahu wa Ta’ala melainkan ia harus benar-benar beriman, menyempurnakan apa yang dijanjikan Allah dengannya dalam taat dan ibadah. Di antara tanda-tanda sifat munafik yang paling menonjol adalah akhlak yang buruk, sebaliknya di antara perhiasan-perhiasan yang paling mulia bagi manusia sesudah iman, taat, dan bertaqwa kepada Allah, adalah akhlak yang mulia.
Terdapat dalam kitab suci Al-Qur’an sebanyak 1504 ayat yang berhubungan dengan akhlak, baik dari segi teori maupun daris segi praktisnya. Jadi kadar ini mencapai hampir seperempat dari ayat-ayat Al-Qur’an membicarakan akhlak. Di antara ayat-ayat itu adalah sebagai berikut:
وإنك لعلى خلق عظيم

Artinya:…”Sesungguhnya engkau (Muhammad) berada dalam akhlak yang mulia.” (QS: Al-Qalam: 4)
Ayat ini menjelaskan akhlak adalah sebagai sifat Nabi Muhammad SAW.yang paling mulia, adan ujian yang paling tinggi yang diberikan kepadanya, dan akhlak Nabi ini merupakan pelaksanaan praktis sebagai makna kesempurnaan, kesopanan, dan akhlak yan baik yang terdapat dalam al-Qur’an al-Karim.
Akhlak manusia yang ideal dan mungkin dapat dicapai dengan usaha pendidikan dan pembinaan yang sungguh-sungguh ialah terwujudnya keseimbangan. Akan tetapi ada manusia yang dapat mencapai keseimbangan empat unsur akhlak tersebut, kecuali Rasulullah SAW, karena beliau sendiri ditugaskan oleh Allah SWT untuk menyempurnakan akhlak manusia karenanya beliau sendirilah yang sempurna akhlaknya. Pendidikan akhlak yang ditekankan pada pembiasaan, keteladanan, dan latihan yang dilakukan sejak kecil akan menghasilkan perilaku yang akhlaqi. Karena perbuatan yang baik dan dibiasakan itu akan mendarah daging, mempribadi, dan dengan mudah dapat dilakukan.
Sebelum anak-anak berpikir logis dan memahami hal-hal yang abstrak, serta belum sanggup menentukan mana yang baik dan mana yang buruk, mana yang benar dan mana yang salah, maka contoh-contoh, latihan-latihan dan pembiasaan-pembiasaan mempunyai peranan penting, dalam membina pribadi anak, karena masa kanak-kanak adalah masa paling baik untuk menanamkan dasar-dasar pendidikan akhlak.
Oleh karena itu Imam al-Ghazali berpendapat bahwa cara yang terbaik untuk memiliki budi pekerti yang utama adalah dengan melalui asuhan dan latihan-latihan melaksanakan sifat-sifat yang baik. Anak-anak dilatih dan dibisakan membantu orang tua dilingkungan keluarga, membantu orang lemah dan menolong masyarakat Imam al-Ghazali menganjurkan supaya sifat angkuh dan sifat buruk dilenyapkan dari seseorang dengan latihan-latihan dan praktek yang bertentangan.
Sungguh sangat berarti yang disarankan Imam al-Ghazali dalam upaya menyuburkan akhlak yang mulia, terutama anak-anak, di mana harus melalui ajaran dan pekerjaan atau lewat teori dan praktek, disamping memberikan contoh yang baik dalam pergaulan. Karenanya tingkah laku yang buruk dan sifat-sifat jahat bila menjadi adat kebiasaan bagi anak-anak, akan sukar merubahnya sekaligus kepada tingkah laku yang terpuji. Adat dan kebiasaan itu sendiri telah membuat sifat jahat menyusup ke dalam hati anak-anak. Imam al-Ghazali menyarankan agar tabi’at-tabi’at yang jahat dialihkan lebih dahulu kepada sifat-sifat yang kurang jahat, kemudian secara bertahap dan bertingkat dipindahkan kepada sifat-sifat yang baik.
Imam al-Ghazali menetapkan bahwa budi pekerti dapat diubah melalui asuhan dan latihan-latihan. Kalau tidak demikian apalah artinya ajaran-ajaran Qur’an dan Hadits-hadits Rasul beserta tabligh-tabligh dan khutbah-khutbah. Binatang-binatang seperti anjing dan kuda dapat dijinakan dan diajar, terlebih lagi anak cucu Adam, demikian kata Imam al-Ghazali.
Imam al-Ghazali mengemukakan metode mendidik anak dengan mencontoh, latihan, dan pembiasaan kemudian nasihat dan anjuran sebagai alat pendidikan dalam rangka membina kepribadian anak sesuai dengan ajaran qur’ani. Pembentukan kepribadian tersebut berlangsung secara bertahap dan berkembang, sehingga merupakan proses menuju kesempurnaan.
Demikian Imam al-Ghazali sangat menganjurkan agar mendidik anak dan membina akhlaknya dengan latihan-latihan dan pembiasaan-pembiasaan yang sesuai dengan perkembangan jiwanya walaupun seakan-akan dipaksakan, agar anak dapat terhindar dari keterlanjuran dan menyesatkan. Oleh karena pembiasaan dan latihan akan membentuk sikap tertentu terhadap anak, yang lambat laun sikap tersebut akan bertambah jelas dan kuat, akhirnya tidak tergoyahkan lagi karena telah mendarah daging dan menjadi bagian dari kepribadiaannya.
Imam al-Ghazali mengatakan:
“Apabila anak itu dibiasakan untuk mengamalkan amal yang baik, diberi pendidikan kearah itu, pastilah ia akan tumbuh di atas kebaikan tadi akibat positifnya ia akan selamat sentosa di dunia dan akhirat. Kedua orang tuanya dan semua pendidik, pengajar serta pengasuhnya ikut serta memperoleh pahalanya. Sebaliknya jika anak itu sejak kecil sudah dibiasakan mengerjakan keburukan dan dibiarkan begitu saja tanpa dihiraukan pendidikan dan pengajarannya, yakni sebagaimana halnya seorang yang memelihara binatang, maka akibatnya anak itupun akan celaka dan rusak binasa akhlaknya, atau pendidiknya yang bertanggung jawab untuk memelihara dan mengasuhnya.”

Dari pendapat tersebut diatas, maka terhadap pembiasaan tersebut dimaksudkan agar dimensi-dimensi jasmaniah dan kepribadian individu anak dapat terbentuk dengan memberikan kecakapan berbuat dan berbicara. Tahap pembinaan ini menjadi dasar dan sebagai persiapan untuk kehidupan dan perkembangan kepribadian anak dimasa yang akan datang.
Oleh karena itu pembiasaan-pembiasaan dan latihan-latihan yang merupakan pengalaman bagi anak sejak kecilnya, akan menjadi unsur yang penting dalam pribadinya dan mempunyai pengaruh yang mendalam terhadap kehidupannya kelak, karena kepribadiaannya itu terbentuk dari pengalamannya sejak kecil.
Imam al-Ghazali menjelaskan tentang pendidikan akhlak bagi anak dilingkungan keluarga secara terperinci dan mendalam pada sub bab Kitab Riyadhatun Nafs, Ihya Ulumuddin Juz III; adalah sebagai berikut:
Tentang kesopanan dan kesederhanaan, antara lain kesopanan dan kesederhanaan makan, kesopanan dan kesedrhanaan berpakaian, kesederhanaan tidur, kesopanan dan kedisiplinan. Kesopanan dan kesejahteraan makan.
Imam al-Ghazali mengatakan:
“Yaitu ia memulai dengan membaca basmalah pada awal makan itu, dan di akhirnya membaca hamdalah. Seandainya pada setiap suap itu ia membaca basmalah maka itu baik sehingga kerakusan tidak menyibukkannya dari mengingat Allah Ta’ala.
Ia makan dengan tangan kanan.
Ia mengecilkan suapan dan baik-baik dalam mengunyahnya.
Jangan mencela sesuatu yang dimakan. Dan agar makan apa yang ada di dekatnya dan sebagainya.”

Dari keterangan tersebut diatas Imam al-Ghazali menjelaskan secara rinci, bahwa salah satu hal yang biasa terjadi pada anak-anak adalah mempunyai sifat rakus makan, maka inilah yang perlu diluruskan. Seperti, pada waktu makan senantiasa menggunakan tangan kanannya dan mengucapkan “Bismillahirrahmanirrahim” dan diakhiri dengan membaca “Alhamdulillahirabbil ‘Alamin”, artinya dilepas dari memanjatkan do’a kepada Allah SWT. Anak-anak dianjurkan agar makan yang ada didekatnya saja. Tidak boleh anak itu bersegera makan sebelum orang lain yang lebih tua memulainya, anak-anak tidak boleh memandangi makanan yang dihadapi orang yang disampingnya. Pada waktu makan anak-anak tidak boleh tergesa-gesa, akan tetapi anak-anak diperintahkan makan dengan sebaik-baiknya, antara suapan yang satu dengan suapan yang lainnya jangan terlampau cepat. Dan agar dibiasakan makan tanpa lauk pauk, sehingga tidak selalu suka makan jika tidak ada lauk pauk.
Nilai-nilai pendidikan akhlak pada waktu makan, disamping mendidik akhlak anak dari rakus makan, juga mengandung nilai-nilai pendidikan lainnya, misalnya:
1. Dalam keadaan anak makan bersama keluarga akan tertanam rasa bersatu antara keluarga dan rasa hormat kepada orang yang lebih dewasa.
2. Anak dibiasakan menghargai milik orang lain sebagaimana orang lain menghargai miliknya serta sebagai latihan bekerjasama dengan orang lain.
3. Anak dapat makan sendiri, anak memberikan rasa percaya diri.
4. Orang tua dapat menghormati bagaimana sikap anak pada waktu makan.
Kemudian Imam al-Ghazali mengajarkan kesopanan dan kesederhanaan pakaian, dengan perkataannya sebagai berikut:
وان راي الغالب عليه النظافة فى البدن والتياب ورأي قلبه مائلا إلى ذلك
Artinya:“Dan jika kelihatan yang menonjol pada murid itu, kebersihan pada badan dan pakaian dan kelihatan hatinya condong pada yang demikian.”

Dari keterangan tersebut diatas, Imam al-Ghazali menjelaskan kepada orang tua, agar anak-anak suka berpakaian yang putih dan bersih, dan menjelaskan kepada anak-anak agar jangan berhias yang tidak sepatutnya, atau apasaja yang menimbulkan pemborosan. Apabila hal ini dilakukan oleh anak, nantinya ia hanya mencari kesenangan semata dan berbuat keborosan pada wakti ia dewasa, akhirnya anak menjadi rusak jiwanya, ia menjadi orang yang tidak sabar dan tidak tahan menderita, ia selalu ingin dalam kesenangan, dan membuka pintu untuk menghalalkan segala cara.
Islam bukanlah sekedar suatu formula ritual; Islam adalah proses ketaatan terhadap aturan yang telah ditetapkan oleh Allah berkenaan dengan hubungan antar manusia dengan Dia, dan hubungan antar sesama manusia, baik dalam urusan keluarga, politik, ekonomi, pendidikan.
Karenanya sifat bersenang-senang, kemewahan dan pemborosan pada anak yang mempunyai pengaruh negatif terhadap perkembangan jiwanya harus segera ditangani secara serius, anak segera diluruskan dan dikenalkan secara dini dengan aturan-aturan yang sangat bijaksana sesuai yang ditetapkan oleh Allah dan Rasul-Nya. Dengan demikian anak-anak terhindar dari jiwa yang tidak sabar, dari jiwa yang kurang tabah dan kurang tahan menderita dan dijauhkan dari sikap mental rendah.
Lebih lanjut Imam al-Ghazali mengajarkan kesederhanaan tidur, seperti disebutkan dalam penjelasan jalan menunjukan manusia pada cela-cela dirinya sebagai berikut:
والرباضة على أربعة أوجه القوة من الطعام والغمض من المنام والحاجة من الكلام وحمل الأذى من جميع الأنام فيتولد من قلة الطعام موت الشهوات ومن قلة المنام صفو الإرادت

Artinya:”Dan latihan itu pada empat cara. Yaitu kekuatan yang berada dari makanan. Memejamkan mata dari tidur. Perkataan yang seperlunya dan menahan rasa sakit dari semua manusia. Dari sedikit makan, terjadilah mati nafsu syahwat. Dari sedikit tidur. Bersihkanlah semua kehendak.”

Dari penjelasan tersebut di atas, dapat dipahami bahwa kedua orang tua agar melarang anak-anak tidur pada waktu siang, sebab hal tersebut banyak menimbulkan kemalasan bekerja dan lain-lain, tetapi pada malam hari anak-anak diperintahkan untuk tidur, namun Imam al-Ghazali menganjurkan sebaiknya anak tidak dibiasakan tidur diatas kasur yang empuk-empuk atau alat-alat tidur serba mewah. Hal semacam itu dipandang kurang baik, karena anggota badan anak-anak akan kaku dan menjadikan mereka malas.
Imam al-Ghazali sangat mengutamakan kedisiplinan bagi anak-anak untuk menghindarkan perbuatan yang tidak pantas dipandang umum dan membiasakan anak-anak untuk berbuat hal yang patut sesuai dengan norma-norma masyarakat yang berlaku.
Imam al-Ghazali meyarankan agar kedua orang tua mengajarkan anak-anaknya, bagaimana duduk yang baik, hendaklah dilarang meletakkan kaki yang satu di atas kaki yang lainnya, demikian pula meletakkan tangan dibawah dagu atau menyandarkan kepala di atas tangan kanan, sebab semua itu dianggapnya tanda-tanda kemalasan.
Imam al-Ghazali juga mengajarkan sopan santun dan disiplin waktu duduk, sekaligus untuk menghindarkan sikap malas bagi anak-anak, agar mereka rajin belajar dan giat bekerja.
Sebagaiman disebutkan Imam al-Ghazali di dalam Kitab Ihya Ulumuddin Juz III sebagai berikut:
وجمع بعضهم علمات حسن الخلق فقال : هو أن يكون كثيرا الحباء قليل الأذي كثيرا العمل الزلل قليل الفضول برواصولا وقورا صبورا شكورا رضيا حليما رفيقا عفيفا شفيقا لا لعنا ولا سباب ولا غماولا مغتابا ولا عجولا ولا حقودا ولا حسودا بشاشايحب في الله ويرضي في الله ويغضب في الله فهذا هو حسن الخلق

Artinya:”Sebahagian dari mereka ada yang mengumpulkan tanda-tanda kebaikan akhlak, lalu ia mengatakan:”Orang baik itu adalah yang banyak malu, sedikit menyakiti orang, banyak berbuat baik, benar lidahnya, sedikit berbicara dan banyak bekerja, sedikit tergelincirnya, sedikit hal-hal yang tidak perlunya, berbuat kebaikan, banyak silaturahimnya, lemah lembut, banyak sabarnya, banyak terimakasihnya, rela kepada barang yang telah ada, dapat mengendalikan diri ketika marah, banyak kasih sayangnya, dapat menjaga diri dan murah hati kepada fakir dan miskin, tidak mengutuk orang lain, tidak suka memaki-maki, tidak suka mengadu domba, tidak mencari cari kesalahan orang lain, tidak tergesa-gesa dalam pekerjaan, tidak pendengki, tidak kikir, tidak ahli hasud, manis muka, bagus lidah, cinta karena Allah, benci karena Allah, rela karena Allah, dan marah karena Allah. Maka mereka itulah yang baik akhlaknya.”

Dari perkataan tersebut diatas, maka dapat dipahami bahwa banyak hal-hal yang berkaitan dengan akhlak yang perlu diajrkan kepada anak-anak selain yang telah disebutkan pada pembahasan tersebut di atas. Seperti dianjurkannya menjaga kebersihan lingkungan sekitarnya dalam rangka meningkatkan kesehatan. Kemudian mendidik agar anak-anak jangan terlampau banyak bicara yang tidak perlu, anak-anak dilarang berkata kotor, terlebih lagi meyakiti orang lain. Imam al-Ghazali menasihatkan agar anak-anak berlatih berbicara seperlunya, cukup untuk mengutarakan isi hati dan untuk berkomunikasi dengan orang sekitarnya, bukan menghambur-hamburkan waktu untuk mengobrol yang tidak ada manfaatnya.
Imam al-Ghazali menganjurkan agar mendidik anak-anak dilingkungan keluarga dilakukan dengan pembiasaan dan latihan untuk menghindarkan diri dari perbuatan tercela serta tidak sesuai dengan norma masyarakat dan ajaran qur’ani, misalnya:
1. Bersumpah jangan dibolehkan sama sekali, baik pada waktu ia dalam keadaan benar, terlebih lagi jika bersalah. Kepentingannya agar anak-anak tidak membiasakannya sejak kecil, sehingga setelah dewasa ia akan seenaknya dan dengan mudah melanggar sumpah.
2. Bagi anak-anak diberi nasihat agar jangan suka menerima sesuatu pemberian dari kawannya, terlebih lagi jika ia memintanya, hendaklah anak-anak diberi penjelasan bahwa keluhuran budi itu ialah apabila ia memberi dan bukan menerima. Anak-anak dibiasakan untuk suka memberi, hal ini apabila dilatih terus menerus sehingga ia dewasa akan menjadi orang yang dermawan yang suka membantu dan menolong sesama.
3. Bagi anak-anak agar diawasi jangan sampai membangga-banggakan dirinya baik yang berhubungan dengan makan atau pakaian yang diperoleh dari orang tuanya, atau juga menentang keluarganya. Karena yang demikian lambat laun akan merusak jiwanya. Lebih dari itu dikhawatirkan bagi anak-anak tumbuh sifat iri hati karena telah terbiasa hidup mewah.
4. Bagi anak-anak harus dilarang dari segala sesuatu yang ia lakukan dengan sembunyi-sembunyi, karena perbuatan tersebut akan membiasakan anak-anak untuk berbuat jahat. Artinya anak telah mengetahui bahwa perbuatan itu buruk, tetapi ia melakukannya sembunyi-sembunyi karena takut ditegur, takut dimarahi, bahkan mungkin takut dihukum oleh kedua orang tuanya atau gurunya.
5. Agar anak-anak menjauhi segala sesuatu perbuatan yang tercela, seperti mencuri dan makan sesuatu yang diharamkan. Perbuatan baik dan buruk, terpuji atau tercela, bena pribadi benar atau salah, diperintahkan atau dilarang, menurut Imam al-Ghazali dipertimbangkan dan ditetapkan melalui pandangan masyarakat dan syariat Islam.
Kemudian Imam al-Ghazali sangat menganjurkan agar orang tua memberikan pembiasaan dan latihan beribadah kepada anak-anaknya, seperti bersuci, shalat berdo’a, berpuasa bulan Ramadhan dan lain sebagainya, sehingga secara bertahap akan tumbuh rasa senang melakukan ibadah tersebut, dengan sendirinya anak terdorong untuk melakukannya tanpa perintah dari siapa-siapa, tetapi terdorong dari dirinya pribadi dengan penuh kesadaran. Hal ini merupakan suatu kewajiban bagi kedua orang tua untuk melakukannya, sesuai dengan ajaran Rasulullah SAW.
Bersabda Nabi SAW:
يا أبا هريرة مرأهلك بالصلاة فإن الله يأتيك بالرزق من حيث لا تحتسب

Artinya:” Hai Abu Hurairah! Suruhlah keluargamu untuk shalat! Sesungguhnya Allah akan mendatangkan rizki bagimu dari arah yang tidak kamu sangka.”
Dari perintah tersebut diatas jadi jelaslah bahwa satu keluarga yang banyak mendapat pembiasaan da latihan keagamaan semakin merasakan kebutuhan terhadap pentingnya agama dalam hidup dan kehidupan, baik secara individu maupun kelompok.
Imam al-Ghazali menyarankan agar anak-anak mempelajari berbagai macam ilmu, sebagaimana yang diceritakan dalam nasehat Lukman kepada anaknya, sebagai berikut:
قال يا بني جالس العلماء وزاحمهم بركبتيك فإن الله سبحانه يحي القلوب بنور الحكمة كما يحي الأرض بوابل السماء وقال بعض الحكماء إذا مات العالم بكاه الحوت في الماء والطير في الهواء ويفقد وجهه ولا ينسى ذكره

Artinya:”Lukman berkata: “Hai anakku! Duduklah bersama ulama. Rapatlah mereka dengan kedua lututmu. Sesungguhnya Allah SWT mrnghidupkan hati dengan nur-hikmat (sinar ilmu) seperti menghidupkan bumi dengan hujan dan langit. Sebagian ahli hikmah berkata: “Apabila seorang ahli ilmu meninggal, maka ikan di air dan burung di udara menangisinya. Wajahnya hilang tetapi sebutan namanya tidak dilkupakan.”

Imam al-Ghazali menganjurkan agar anak-anak disibukkan dengan apa-apa yang diterima gurunya dari mempelajari kitab suci Al-Qur’an, Hadits-hadits, sejarah, cerita-cerita orang-orang yang shaleh dan berbakti serta hal ihwal kehidupan mereka. Dengan demikian, maka dalam jiwa anak akan tumbuh benih cinta pada orang-orang yang shaleh.
Imam al-Ghazali selalu menggunakan prinsip-prinsip cerita (hikayat) sebagai metode pencapaian tujuan pendidikan akhlak anak, dalam upaya membentuk tingkah laku tertentu pada anak-anak. Dari metode cerita (hikayat) tersebut kelebihan-kelebihan dibanding metode yang lainnya, antara lain:
1. Metode cerita mengandung unsur hiburan yang sesuai dengan tabi’at manusia senang dengan hiburan dalam upaya meringankan beban hidup sehari-hari.
2. Metode cerita ada watak tertentu yang menjadi teladan bagi pembentukan tingkah laku anak-anak. Dalam kata lain dalam metode cerita terdapat dua tujuan yakni hiburan dan pendidikan.
3. Metode keteladanan adalah cara penyampaian pendidikan akhlak pada anak, dimana orang tua sebagai pendidik memberi contoh teladan dengan melaksanakan nilai-nilai akhlak dalam segala tindakan dan perbuatan dalam kehidupan sehari-hari, sehingga anak dapat mengikuti dan menirunya.
4. Metode pembiasaan merupakan cara menyampaikan pendidikan akhlak pada anak dengan membiasakan perbuatan-perbuatan yang baik yang sesuai dengan tingkat kemampuannya. Tujuannya adalah untuk membentuk tingkah laku atau akhlak pada anak melalui kebiasaan-kebiasaan yang baik.
5. Metode nasihat adalah cara menyampaikan pendidikan akhlak kepada anak melalui nasihat-nasihat atau petunjuk-petunjuk tentang hal-hal yang baik dan terpuji, dan hal-hal yang buruk dan tercela.
6. Metode ganjaran dan hukuman merupakan metode yang paling akhir dipergunakan dalam menyampaikan pendidikan akhlak, karena adanya ganjaran dan hukuman merupakan akibat dari adanya sebab baik, sedang hukuman adalah akibat dari adanya sebab buruk. Imam al-Ghazali mengatakan:
“tidak setuju dengan cepat-cepat menghukum seorang anak yang salah, melainkan berilah kesempatan untuk memperbaiki sendiri kesalahannya, sehingga ia menghormati dirinya dan merasakan akibat perbuatannya. Sanjung dan pujilah pula bila ia melakukan perbuatan-perbuatan yang terpuji yang harus mendapat ganjaran pujian dan dorongan”
Anak-anak perlu mendapatkan bermacam ilmu pengetahuan dasar untuk mengembangkn minat, agar mereka menguasai akal pikiran, bakat dan minat, agar mereka menguasai ilmu pengetahuan. Demikian ilmu tersebut untuk segera diamalkan dalam kehidupan sehari-hari termasuk untuk memperdalam ilmu pengetahuan berikutnya.
Pemikiran Imam al-Ghazali tentang berbagai macam ilmu diberikan di lembaga pendidikan merupakan dasar pengajaran klasikal dan merupakan dasar-dasar pengembangan kurukulum pendidikan. Karena itu pengalaman-pengalaman dilalui anak dengan berbagai contoh pembiasaan, latihan, anjuran dan larangan, kemudian diberikan penjelasan dan pengertian sesuai dengan taraf pemikirannya tentang norma dan nilai-nilai kemasyarakatan, kesusilaan dan keagamaan. Lalu kemudian tumbuhlah tindakan, sikap, pandangan, pendirian, keyakinan, dan kesadaran kepercayaan untuk berbuat sesuatu yang bertanggung jawab akhirnya terbentuklah budi pekerti yang luhur pada anak menuju dewasanya, yang memberi pengaruh yang bermanfaat kepada akal secara langsung dan dapat pula mempengaruhi jiwa secara baik.
Sesungguhnya pendidikan akhlak sangat dibutuhkan oleh setiap individu maupun masyarakat, karena pengaruh positifnya yang sangat indah akan dirasakan oleh individu dan masyrakat itu sendiri dalam porsiyang sama. Demikin juga dengan dampak negtifnya, ia akan menyebar kepada seluruh lapisan masyarakat. Oleh karena itulah pendidikan akhlak ini wajib dipertahankan dan diperhatikan sejak awal fase umur manusia itu, yaitu dari masa kanak-kanak. Imam al-Ghazali mengatakan hal ini, “Yang dibutuhkan oleh seorang anak adalah perhatian terhadap akhlaknya.”
Penyimpangan dan dekadensi akhlak (moral) yang terjadi di kalangan masyarakat disebabkan karena mereka tumbuh dan berkembang dalam wilayah tarbiyah yang buruk. Maka dari itulah perlunya umat manusia khususnya masyarakat muslim kepada sebuah pendidikan yang mampu membawa umat manusia ini ke puncak ketinggian akhlak, yang menebarkan kebahagiaan dan ketentraman.
Kebutuhan kepada pendidikan akhlak ini mengharuskan orang tua yang berperan penting dalam keluarga untuk menjauhkan anaknya dari majlis lagwu dan kebatilan, seperti tempat hiburan, nyanyian, forum yang dipenuhi oleh perkataan keji dan bid’ah. Karena sesungguhnya hal-hal yang buruk itu apabila telah tersentuh atau melekat pada seorang anak di masa kecilnya, maka akan sulit lepas dimasa besarnya, dan pada orang tua akan merasa kesulitan untuk melepaskannya dari hal-hal yang buruk tersebut. Perlu diperhatikan, bahwa merubah adat kebiasaan adalah perkara yang sangat sulit, karena ia merupakan upaya perubahan dan pembaharuan karakter dan watak yang telah melekat pada individu anak.
Oleh karena itu pembinaan pribadi anak dalam keluarga adalah dengan menanamkan dan membina nilai-nilai kemasyarakatan, kesusilaan, dan keagamaan yang terpadu, sehingga terwujud pula sikap, mental, akhlak yang terpuji.
Tidak ada kebahagiaan dan keberutungan bagi keluarga kecuali dengan menjauhkan anak-anak dari akhlak yang tercela dan menghiasi diri anak-anak dengan akhlak yang utama, dan orang tua yang mengotori diri anaknya dengan akhlak tercela yang merusak, sungguh ia telah membuang kebahagiaan dunia dan akhiratnya.
Imam al-Ghazali mengatakan:
”anak-anak adalah amanah di tangan ibu bapaknya, hatinya masih suci ibarat permata yang mahal harganya, maka apabila ia dibiasakan pada sesuatu yang baik dan dididik, maka ia akan besar dengan sifat-sifat baik serta akan berbahagia dunia akhirat. Sebaliknya jika terbiasa dengan adat-adat buruk, tidak dipedulikan seperti halnya hewan ia akan hancur dan binasa.”
Dari hal tersebut diatas dapat penulis simpulkan bahwa kebiasaan-kebiasaan yang baik pada masa kecil merupakan suatu hal yang sangat penting dalam rangka menanamkan nilai-nilai akhlak pada anak. Sehingga kebiasaan-kebiasaan itu menjadi akhlak pada pribadinya sampai ia dewasa. Kebiasaan yang telah tertanam di waktu kecil akan melekat erat dan sukar dirubah. Ada suatu pepatah yang mengatakan:
التَّعَلَّمُ فِيْ الصِّغَرِ كَالنَّفْسِ عَلَى الْحَجَرِ

Artinya:”Belajar diwaktu kecil laksana mengukir d